RSS

Nisa's Quilt, Membayar Keahlian Pembuatnya


Ketika suami dipindahtugaskan ke kota atau negara lain, perempuan seringkali harus mengalah dan meninggalkan pekerjaannya sendiri demi mengikuti sang suami. Banyak perempuan yang lantas memilih menjadi ibu rumah tangga, namun tak sedikit pula yang mencoba membangun karir baru.

Menekuni hobi baru adalah pilihan Nisa Hariadi. Ketika mendampingi sang suami yang bertugas di Dallas, Texas, AS, pada tahun 1994, lulusan Politeknik ITB ini berkenalan dengan quilt.

Quilting adalah seni menggabung-gabungkan kain dengan ukuran dan potongan tertentu untuk membentuk motif-motif yang unik. Potongan-potongan kain tersebut lalu ditindas dengan jahitan model jelujur yang ukurannya harus sama jika dilihat dari sisi manapun. Karena prinsip mengerjakannya dengan tangan, boleh dibilang karya yang satu tidak akan sama persis dengan karya yang lain.

Nisa pun mempelajari teknik pengerjaan quilt. Dari teknik patchwork, dimana kain dipotong-potong dengan bentuk geometri, misalnya segiempat atau segitiga, dengan ukuran yang sama. Potongan-potongan berbentuk geometri ini lalu dijahit satu sama lain hingga menghasilkan suatu pola.

Teknik selanjutnya adalah appliqué. Pada teknik ini potongan-potongan kain dapat dibentuk menjadi gambar seperti binatang, bunga-bungaan, rumah, anak Jepang, dan lain sebagainya. Teknik terakhir adalah paper piecing, dimana kain perca yang sudah dialasi kertas di belakangnya, dilapis lagi dengan kain, lalu kain tersebut dijahit dengan lapisan teratas. Kertas itu lalu dibuang sedikit-sedikit ketika semua bagian sudah disatukan.

Merasa tertarik dengan seni yang berasal dari kebudayaan bangsa Amish ini, Nisa berusaha mencari tahu bagaimana cara membuatnya. Bersama beberapa rekannya di sana, ia mulai mengumpulkan perlengkapan membuat quilt, termasuk buku-buku teknik membuat quilt.

Dari Texas, sang suami dipindahkan ke Rumbai, Pekanbaru. Ternyata, salah satu kegiatan yang diadakan kalangan ekspatriat di perusahaan sang suami adalah kursus quilting. Tanpa pikir panjang, Nisa pun mengikuti kursus tersebut. Ditugaskannya kembali sang suami ke Amerika pada tahun 1999-2002 memberi kesempatan pada Nisa untuk terus meningkatkan keahliannya. Minatnya tak pernah surut, sehingga wanita yang kini berusia 40 tahun ini bertekad untuk lebih serius menekuni kerajinan ini. Berbagai buku dan peralatan khusus untuk quilt diburunya.

Kembali ke Pekanbaru, Nisa sudah berani mengajarkan quilt dalam acara kumpul ibu-ibu.

Mulai berbisnis
Tahun 2004, dari Pekanbaru wanita asal Bandung ini pindah ke Jakarta. Namun meskipun sudah menguasai seni quilting, dan sudah menjadi pengajar untuk kalangan dekatnya, Nisa tidak langsung terpikir untuk berbisnis. Hasil karyanya hanya dipajang saja di rumahnya. Padahal quilt dalam bentuk wall hanging saja sudah mencapai 50 pattern.

Peluang berbisnis datang tanpa disengaja. Saat itu Nisa sedang bertandang ke rumah sahabatnya, yang juga telah memiliki wall hanging karyanya. Lalu datang seorang tamu ke rumah sahabat Nisa, dan tercengang melihat hiasan dinding yang indah tersebut. Tamu yang ternyata staf sebuah kedutaan asing tersebut lalu menawarkan Nisa untuk mengikuti pameran Women International Club.

“Padahal, untuk bisa mengikuti pameran semacam itu biasanya harus mengikuti proses seleksi. Saya beruntung karena tidak perlu mengikuti berbagai prosedur biasanya,” kata Nisa.

Tahun 2005, untuk pertama kalinya Nisa berpameran di acara berskala besar seperti WIC, yang saat itu digelar di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta Selatan. “Dari pameran itu, saya banyak berkenalan dengan orang-orang dari kedutaan asing. Dari mereka saya jadi tahu bagaimana cara mengikuti pameran-pameran yang lain,” ujar Nisa. Yang jelas, ia juga mulai mendapatkan pembeli dan pelanggan, dari dalam dan luar negeri.

Hingga kini, Nisa sudah berpartisipasi di berbagai pameran seperti Inacraft, La Femme, Indocraft, ANZA (Australian and New Zealand Embassy Bazaar), AWA (American Women Association Bazaar), IWA (Indian Women Association Bazaar), dan klab-klab kedutaan lainnya.

Banyak ekspatriat yang membeli quilt karya Nisa, karena harganya yang jauh lebih murah daripada di Amerika. Di sana, harga sepotong selimut bisa mencapai 10.000 dollar, sedangkan harga selimut Nisa “hanya” Rp 3,5 juta (ukuran besar) atau Rp 2 juta – Rp 2,5 juta (ukuran single, dan tergantung motif). Berbagai bentuk quilt lain yang dibuat Nisa antara lain wall hanging (Rp 1,5 juta), sajadah dan tasnya (Rp 850.000), juga taplak, sarung bantal sofa, korden, hingga cover sofa.

Harga yang mahal ini, menurut Nisa, tentunya karena quilt adalah suatu seni yang dikerjakan tangan. Membayar sekian juta untuk selimut artinya membayar keahlian perajinnya. Harga tersebut tentu sudah termasuk penggunaan bahan-bahan berkualitas, seperti benang khusus quilt yang masih diimpor. “Kalau benang jahit biasa kurang kuat. Jahitannya gampang brodol,” seru ibu dua anak ini.

Karena tingkat kesulitan pembuatannya yang tinggi itulah, Nisa juga tidak memproduksi quilt secara massal. Dalam sebulan, ia hanya menghasilkan empat potong selimut. Ia dibantu oleh sejumlah karyawan untuk memenuhi pesanan quilt berbagai bentuk.

Nisa juga tidak menaikkan harga barang ketika mengikuti pameran. “Itulah yang kadang membuat bisnis kolaps, karena harga saat pameran dibuat lebih mahal,” papar Nisa, yang kini omzet-nya mencapai Rp 50 juta sebulan.

Di antara pelanggan tetap Nisa itu, adalah Elfianty, sang sahabat yang mempertemukannya dengan staf kedutaan asing dulu. Sebelum mengoleksi karya Nisa, Elfi mengaku sudah sering melihat quilt di pasaran. “Tapi kalau beli di luar enggak ada yang bagus. Punya Nisa kan bagus-bagus, warna dan motifnya banyak variasi,” puji Elfi, yang sudah mempunyai empat sajadah, dan empat wall hanging untuk seluruh anggota keluarganya.

Ia sendiri mengaku awalnya juga ingin belajar membuat quilt pada sahabatnya itu (untuk mengikuti kursus quilt, silakan baca "Quilting, Seni Menggabungkan Kain Perca" di rubrik Hobby). “Tapi saya orangnya enggak sabaran. Akhirnya kalau peserta yang lain sibuk menjahit, saya malah pindah baca koran di depan rumah,” ujar Elfi sambil tertawa geli.

Elfi berusaha merawat koleksi quilt-nya sesuai instruksi dari Nisa. Quilt sebaiknya hanya dicuci setahun sekali. Mencucinya pun hanya boleh dengan shampo bayi. “Kalau pakai sabun deterjen, terlalu keras. Jahitannya bisa cepat rusak,” ujar Nisa. Setelah dikeringkan, selimut atau barang-barang quilt yang lain disimpan dengan tas dari bahan belacu.

Nisa kini sudah mampu menciptakan appliqué sendiri. Misalnya saja, ia melihat gambar ayam yang bagus pada perangkat cangkir dan teko. Gambar itu lalu difoto, di-scan, dan dijadikannya motif appliqué. Keahlian seperti ini menjadi modalnya sebagai quilt specialist, dan karena itu Nisa membedakan posisinya sebagai pengajar dan sebagai pelaku bisnis quilt. Pattern-pattern yang lebih rumit dan jumlahnya ribuan, serta motif temuannya sendiri, tidak dimasukkan dalam “kurikulum” kursusnya. Nisa hanya akan mengajarkan bila ada peserta (biasanya yang sudah ada di tingkat Advance) yang ingin mencoba membuatnya. Kelak, jika rajin berlatih peserta ini tentunya juga mampu menciptakan motif appliqué sendiri.

Karena itulah, meskipun para perajin quilt belajar dari sumber yang sama, masing-masing pasti memiliki kelebihan tersendiri. Hal ini tentu kembali pada prinsip quilting seperti telah disebut di awal tulisan: karena quilting dikerjakan dengan tangan, tak ada karya perajin yang mirip satu sama lain. Pembeli tinggal memilih mana yang sesuai dengan seleranya.

0 comments

Posted in

Desainer Muda, Bergerak Lewat Komunitas



Tepukan riuh dan teriakan pemberi semangat membuat udara di Fashion Tent, tempat utama pergelaran Jakarta Fashion Week 09/10 di Pacific Place yang disesaki sekitar 800 pengunjung, bertambah panas.

Selasa (17/11) sore itu, Stella Rissa, Jeffry Tan, dan Mel Ahyar menggelar rancangan mereka dalam ”3 Young and Vibrant Designers” yang disponsori Mazda.

Suasana mirip juga terjadi dalam acara Cleo Fashion Awards 2009 di panggung Koridor M, Rabu (18/11). Meskipun acara molor lebih satu jam dari jadwal, penonton semakin malam semakin ramai, sebagian besar orang muda. Mereka menunggu penampilan label Raiki, Kikichan, KLÉ, Nina Nikicio, Danjyo&Hiyoji, Majic., Geulis, dan Petite Cupcakes. Semua adalah merek yang dimiliki orang muda berusia 20-30 tahun. Penghargaan kemudian diberikan juri kepada KLÉ yang didirikan Kleting Titis Wigati pada Januari 2009.

Begitulah, para perancang muda itu memulai usaha. Membangun jejaring melalui komunitas adalah modal untuk memasarkan produk dan umumnya mereka berangkat dari kebutuhan praktis diri sendiri atau teman-teman.

”Komunitas penting banget untuk kami,” kata Dana Maulana (29) yang bersama Syarifah Liza (28) mengawaki Danjyo&Hiyoji.

”Blog juga membantu pemasaran kami,” kata Kleting, lulusan Esmod Jakarta dan Instituto Artistico dell’ Abbigliamento Marangoni, Milan, dan sempat bekerja di Miss Sixty, produk asal Inggris, di Hongkong.

Karena berkembang melalui komunitas, satu teman membicarakan dan merekomendasi suatu produk kepada teman lain. Dalam pemasaran modern, terutama menyangkut anak muda yang tak terikat lagi pada media konvensional, word of mouth diyakini lebih ampuh daripada iklan konvensional. Contohnya ketika BurgerKing Amerika awal tahun ini menawarkan burger whopper gratis kepada anggota facebook yang membuang teman facebook mereka, cara ini mendapat sambutan hangat dari anggota jejaring pertemanan dunia maya itu.

Label sekunder
Duet Cecilia Yuda (27) dan Lisa (26) memosisikan diri sebagai konsumen yang kesulitan mencari gaun cocktail atau gaun malam yang enak dipakai, cantik, dan harganya murah.

Setelah mengawali produksi tahun 2007 dengan satu penjahit, produk mereka, Benten, kini mempekerjakan 18 karyawan dan dijual di toko di rumah Lisa. Ditambah cara pemasaran online, Benten terjual hingga ke Singapura, Malaysia, Australia, dan Amerika Serikat.

Benten, yang diambil dari nama dewi keberuntungan Jepang yang cantik dan tangguh, menyediakan gaun untuk berbagai bentuk tubuh.

”Misalnya, untuk perempuan bertubuh pendek, tetapi ingin terlihat tinggi. Kami sengaja membuat beberapa contoh untuk tiap desain,” jelas Cecilia yang berpendidikan formal kehumasan di Melbourne, Australia. Adapun Lisa belajar financial banking. Tiap tahun Benten membuat 30 desain dan memasang harga Rp 1 juta-Rp 4 juta.

Adapun Stella Rissa, sejak awal sudah bulat ingin menjadi perancang busana siap pakai. Pergelaran di JFW adalah perkenalan lebih luas label sekundernya Stella.R yang diproduksi di Jakarta dan Bali.

Stella.R memakai konsep padu padan yang kuat. Meskipun bergaris sederhana dan tanpa batuan—tren mode saat ini—tetapi Stella.R penuh detail dengan teknik lipit dan lapis bahan tembus pandang.

”Stella.R diproduksi semimassal di Bali. Di sana lahan lebih luas karena kami mewarnai sendiri kain kami,” tutur Stella yang bermitra dengan dua rekan di Bali.

Dengan harga jual Rp 200.000-Rp 2,5 juta, Stella.R sanggup bersaing dengan produk sejenis dari negara tetangga. Tahun depan Stella.R akan dijual di toko independen Black Market di Singapura, menambah gerai saat ini di toko Gaya di Plaza Indonesia.

Tak heran bila Jeffrey dan Stella berharap kepada JFW. ”Harapan saya tidak muluk-muluk. Paling tidak bisa, seperti Sao Paulo atau Melbourne, didatangi pembeli internasional. Saya siap berproduksi kalau ada permintaan,” kata Jeffrey.

0 comments

Posted in

Meracik Laba dari Aneka Menu Bebek


Saat ini menu bebek sudah tidak asing lagi di lidah kita. Orang sudah mampu mengolah daging bebek sehingga tidak alot dan berbau amis seperti dulu. Tak heran gerai-gerai yang menjajakan aneka jenis menu dari daging bebek terus bermunculan. Agar bisa menggaet banyak pembeli, tentu masing-masing menonjolkan keunikan olahannya.

Salah satu restoran yang mengaku berhasil menciptakan menu bebek yang diminati banyak orang adalah restoran bebek goreng Mbah Wongso asal Yogyakarta. Rumah makan ini menyajikan berbagai menu bebek. Ada bebek goreng, bebek bakar, rica-rica bebek, dan bebek penyet.

Menurut Suanto, keunggulan menu bebeknya terletak pada tekstur bebek yang garing tetapi lembut, dan tanpa bau amis. Ini berkat ramuan bumbu khas Mbah Wongso yang dipadu sambal kocek, khas racikan tangan Suanto.

Anto -panggilan akrabnya- memulai usaha ini tahun 2002 di Yogyakarta. Usaha lelaki asli Solo ini terus berkembang, hingga akhirnya ia punya empat cabang dan namanya di kenal di Solo dan sekitarnya. Anto yakin minat terhadap menu bebek akan terus meningkat. Namun ia juga masih terus giat melakukan promosi. Di antaranya lewat pameran, internet, maupun koran lokal.

Tahun 2008, Anto pun menawarkan waralaba. Sekarang dia sudah punya lima terwaralaba yang membuka gerai di Malang, Pekalongan, Kudus, dan Jakarta.

Modal Rp 102 juta
Anto menawarkan paket waralaba seharga Rp 102 juta untuk wilayah Jawa, dan seharga Rp 122 juta untuk di luar Jawa. Paket waralaba tersebut sudah mencakup fee waralaba (franchise fee) sebesar Rp 35 juta untuk lima tahun, semua peralatan produksi, pelatihan karyawan, stok bahan baku pertama, seragam karyawan, dan promosi. Paket investasi itu juga sudah termasuk renovasi tempat, namun tidak termasuk biaya sewa tempat.

Seperti kebanyakan waralaba lain, Anto juga mengharuskan terwaralaba membeli daging bebek dari pihaknya. Untuk lalapan dan bumbu lainnya, terwaralaba bisa membeli dari tempat lain.

Harga menu tergantung lokasi gerai. Untuk bebek goreng, misalnya, Anto mematok harga Rp 10.000 per porsi untuk Yogya, dan Rp 14.000 di Jakarta. Harga rica-rica bebek Rp 15.000 di Yogya, dan Rp 19.000 di Jakarta. Tetapi, Anto tidak memberlakukan harga mati. Terwaralaba bisa menentukan harga sendiri.

Menurut hitungan Anto, jika terwaralaba bisa menjual 100 porsi atau sekitar 25 ekor per hari, terwaralaba bisa meraup omzet Rp 1,5 juta per hari, atau Rp 35 juta - Rp 45 juta per bulan. Setelah dikurangi semua biaya, termasuk sewa tempat, terwaralaba akan balik modal antara 12 bulan-18 bulan.

Nani Astono, salah satu mitra Bebek Goreng Mbah Wongso yang membuka gerai di Yogyakarta sejak awal 2009, menyatakan tertarik menjadi terwaralaba karena Mbah Wongso menawarkan menu lebih variatif.

Nani bilang sejauh ini ia sudah mempunyai banyak penggemar. Dalam sehari setidaknya ia bisa menghabiskan 20 ekor bebek, dengan omzet rata-rata Rp 1 juta. Namun ia mengaku, tingkat keuntungan bersih yang ia peroleh hanya 15%. Karena itu, ia belum bisa balik modal dalam waktu dekat ini.

Memulai Bisnis Laundry



Bagaimana memulai bisnis laundry? Mulai dari modalnya, perincian biaya untuk membeli alat dan fasilitas yang harus dipenuhi, hingga perkiraan pengeluaran per bulan dalam bisnis laundry dan keuntungannya. Selain itu, jika ingin ber-partner apa saja kriteria partner bisnis yang baik dan dapat dipercaya? Jika kita tak sanggup membeli alat atau fasilitas berat seperti mesin cucinya, apakah bisa menyewanya?

Di Indonesia ada beberapa jenis usaha yang masih termasuk ke dalam kategori bisnis laundry alias cuci-mencuci baju.

Bisnis laundry dari jenis yang paling sederhana dikenal dengan cuci-setrika. Bisnis ini biasanya menjamur di daerah yang banyak terdapat kos-kosan atau rumah kontrakan, dimana penyewa kos atau kontrakan tak sempat atau tak bisa melakukan cuci dan setrika baju sendiri. Biasanya ini dikerjakan oleh pembantu atau penjaga kos-kosan itu.

Sementara bentuk laundry yang canggih di Indonesia dari dulu dikenal dengan istilah binatu. Dalam bahasa modern saat ini lebih dikenal dengan istilah laundry & dry clean, dimana untuk laundry pakaian dicuci menggunakan mesin cuci. Sedangkan untuk dry clean pakaian dibersihkan dengan cairan kimia khusus yang bisa membersihkan dan merontokkan kotoran di pakaian tanpa dicuci secara biasa.

Usaha jenis ini yang dulu hanya dilakukan secara rumahan atau terdapat di hotel-hotel mewah untuk fasilitas tamunya, lalu mulai menjamur di tahun 1990-an, sejak dimulainya sistem franchise (waralaba) bisnis ini dari luar negeri.

Dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir juga menjamur bisnis sejenis yang menggunakan waralaba lokal dan sistem agency yang bisa memberikan layanan dengan harga lebih terjangkau. Layanan, yang tadinya hanya diperuntukkan bagi masyarakat kelas atas, kini bisa dinikmati masyarakat kelas menengah ke bawah.

Tak berhenti sampai di situ, kombinasi antara layanan murah dengan layanan cuci-setrika tadi berkembang lebih kreatif lagi dengan munculnya laundry kiloan. Yaitu laundry biasa, tapi dengan harga yang dibayarkan berdasarkan hitungan kilogram (bukan per potong pakaian).

Nah, bila Anda menginginkan bisnis laundry untuk kelas menengah yang bisa terjangkau seluruh lapisan, mari kita lihat persiapan apa saja yang harus dilakukan.

Pertama, modal untuk investasi yang dibutuhkan untuk lokasi penjualan (outlet tempat menerima pelanggan atau cucian), lokasi mencuci, dan peralatan berupa mesin-mesin yang dibutuhkan, serta instalasi air, listrik, dan buangan air kotor.

Lokasi tempat menerima cucian dan tempat mencuci bisa dilakukan di tempat yang sama atau terpisah, mengingat dibutuhkan instalasi air yang memerlukan ruang dan biaya yang juga besar.

Ada pun mesin yang dibutuhkan adalah: cash register (mesin hitung uang), mesin cuci baju kapasitas besar/ industri, mesin pengering baju kapasitas besar, mesin setrika press besar, dan setrika tangan. Ini minimum standar mesin yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini. Jika jumlah cucian belum terlalu banyak, mesin press (setrika otomatis) bisa digantikan seterika tangan yang harganya jauh lebih murah.

Mesin cash register digunakan di lokasi penerima cucian untuk mencatat dan menerima transaksi keuangan. Mesin cuci digunakan untuk mencuci pakaian yang bisa dicuci dengan mesin biasa, sedangkan pakaian yang tak bisa dicuci dengan mesin cuci biasa harus dicuci secara terpisah.

Kendati Indonesia negara tropis dengan matahari yang terus bersinar, kita tak bisa mengandalkan matahari untuk mengeringkan cucian. Selain itu, diperlukan ruang jemuran yang amat besar untuk mengeringkan pakaian. Bila musim hujan tiba, akan sulit untuk mengeringkan pakaian. Maka, dibutuhkan mesin pengering cucian.

Mesin setrika (press) otomatis juga diperlukan, tapi untuk mendapatkan press-line atau garis setrika yang jelas dan tegas biasanya tukang cuci lebih menyukai setrika tangan yang berat, karena memberikan hasil yang jauh lebih maksimal, meski membutuhkan tenaga pekerja lebih banyak.

Sedangkan untuk biaya operasional sehari-hari komponennya: biaya sewa tempat deterjen dan pelunak cucian, air, bahan kimia untuk dry-clean, dan SDM (pekerja). Untuk lokasi bisa di rumah sendiri, terutama lokasi untuk tempat mencuci. Sedangkan air, bisa pakai air tanah, tapi usahakan disaring lebih dulu karena air tanah yang kotor bisa merusak pakaian.

Di beberapa laundry modern, biasanya menggunakan mesin penyaring air sebelum digunakan atau mesin daur ulang air. Beberapa laundry modern yang lebih mewah dan mahal bisa menggunakan air minum mineral untuk mencuci pakaian pelanggan. Dibutuhkan 1 orang pekerja di tempat penerima cucian, 2 orang pekerja di tempat pencucian, 1 orang untuk mencuci, dan 1 orang lagi untuk setrika pakaian.

Modal terbesar yang harus dipersiapkan adalah untuk pembelian mesin-mesin dan sewa tempat. Adapun harga mesin relatif ke jenis mesin yang ingin dibeli. Mesin cuci punya spesifikasi, tergantung dari jumlah kilogram yang ingin dicuci apakah 10 kg, 20 kg, 30 kg, dan seterusnya, begitu juga dengan mesin pengering. Untuk mesin-mesin kelas industri keluaran Jerman memiliki kualitas terbaik, tapi harganya jauh lebih mahal dibandingkan mesin keluaran Jepang.

Untuk memulai usaha jenis rumahan, Anda bisa memakai mesin rumahan, tetapi daya tampung cucinya kurang besar. Sehingga bila permintaan cucian meningkat Anda harus menggunakan beberapa mesin cuci. Berbisnis laundry mengandalkan kuantitas yang besar, karena keuntungan per potong dari sisi nominal tak terlalu besar.

Maka, pemasaran atau jumlah cucian akan amat menentukan kapan investasi Anda kembali modal serta keuntungan yang ingin diraih. Jika usaha ini ingin dilakukan dengan skala menengah memang dibutuhkan modal yang cukup besar, antara ratusan juta sampai satu miliar rupiah.

Ber-partner jadi salah satu alternatif yang bisa dilakukan. Namun, mencari partner pun tak mudah. Harus ada kecocokan dan kesamaan visi dan misi dalam menjalankan usaha bersama. Juga harus ada hitung-hitungan tegas dan jelas dalam modal serta sistem bagi hasil. Jika tak dibuatkan dalam bentuk legal (badan hukum), harus ada perjanjian bersama yang mengikat.

Banyak sekali seluk beluk soal bisnis ini yang bisa Anda ketahui jika ingin memulainya di level menengah. Untuk informasi lebih lanjut, ada asosiasi atau perkumpulan dari pengusaha laundry (khususnya laundry menengah dan besar), dimana Anda bisa bertanya lebih spesifik dan mendetail seputar usaha ini. Salam usaha!
0 comments

Posted in

Menggigit Laba Empuk Bisnis Donat



Tidak bisa dipungkiri, kue donat telah menjadi jajanan favorit banyak orang. Pebisnis yang terjun ke usaha donat pun sudah tak terhitung. Ada yang membuka gerai di mal, ada pula yang memilih menjajakan donat di warung-warung.

Toh, peluang untuk berbisnis kue yang lazim menjadi teman minum kopi ini masih terbuka lebar. Hasan Sarbini, pria asal Yogyakarta yang berbisnis donat dengan label Da’im Donat, telah membuktikan hal ini.

Hasan mulai berjualan donat sejak 1996. Hasilnya? Kini, ia sudah memiliki tiga gerai. Ini bukti bahwa ia sudah mempunyai pelanggan. Omzetnya juga tergolong besar untuk ukuran pebisnis donat lokal. “Omzet di outlet yang saya kelola Rp 90 juta per bulan,” ujarnya bangga.

Keuntungan Hasan mencapai 60%. Ini sudah menghitung berbagai biaya, termasuk ongkos bahan baku, gaji pekerja, dan sewa tempat.

Kesuksesan ini merupakan buah upaya Hasan yang selalu menjaga mutu donatnya. “Donat buatan saya pasti halal, serta bebas pengawet dan bahan kimia berbahaya,” beber Hasan sembari berpromosi.

Empat tipe kemitraan
Nah, lantaran banyak orang yang berminat ikut mencicipi laba bisnisnya, sejak dua bulan lalu, Hasan menawarkan kemitraan usaha. Ia menawarkan empat jenis kemitraan.

Jenis yang pertama adalah tipe Drive Thru. Tipe ini mengharuskan calon investor menyetor investasi Rp 15 juta hingga Rp 25 juta. Calon mitra harus punya lokasi usaha yang berada di tepi jalan yang lumayan besar, dengan luas 1,5 x 5,5 meter.

Kedua, kedai berbentuk Cafe. Untuk tipe ini, investasinya antara Rp 65 juta hingga Rp 85 juta. Mitra tipe ini bisa melakukan pembuatan donat dengan konsep open kitchen.

Ketiga, tipe Drive Cafe yang pada dasarnya merupakan penggabungan dua tipe sebelumnya tadi. Investasi awalnya berkisar antara Rp 73 juta hingga Rp 95 juta.

Keempat, tipe pabrik. Jika memilih tipe kemitraan ini, calon mitra harus menyiapkan investasi awal antara Rp 116 juta hingga Rp 155 juta. Mitra tipe ini mendapat lisensi untuk memproduksi sekaligus mendistribusikan semua produk Da’im Donuts ke seluruh mitra yang berada di wilayahnya. Di pabrik ini, mitra menjadi penyedia semua produk yang tidak bisa diproduksi oleh mitra tipe lainnya. Misalnya saja produk muffin, roti manis, burger, roti tawar, dan sejenisnya yang tidak boleh diproduksi oleh mitra tipe lainnya. “Khusus jenis pabrik hanya diperbolehkan satu di satu kota kecuali kota besar semisal Jakarta,” jelas Hasan.

Luas pabrik itu minimal 6 x 10 meter. Syarat lainnya, mitra harus juga sekaligus membangun Drive Cafe Da’im Donuts.

Lama ikatan semua kerjasama tersebut adalah lima tahun. Dengan menyetor investasi awal, masing-masing mitra akan mendapatkan booth atau kedai, peralatan lengkap, plus desain interior, dan perlengkapan produksi donat. Selain itu, mitra juga mendapat pelatihan karyawan, training produk, konsultasi operasional, sampai survei dan evaluasi lokasi.

Mitra bisa menjual donat dan menu Da’im seharga Rp 1.000 - Rp 6.000. Namun, setelah beroperasi, mitra mesti menyetor royalti 30% dari laba bersih. “Tetapi, royalti tidak akan dikutip bila mitra tidak untung,” jelas Hasan.

Hasan menjanjikan, mitranya bisa balik modal dalam 1,5 sampai 2 tahun. Asumsinya, untuk tipe pabrik, minimal omzetnya mesti Rp 45 juta - Rp 55 juta per bulan.

Penyedia Aksesori dan Peralatan Hewan Peliharaan



Mulai awal tahun 1990-an, muncul fenomena baru dimana para pemilik hewan menginginkan piaraannya tampil modis seperti sang tuan. Mereka memakaikan sepatu, pakaian, celana, topi, hingga menyediakan rumah khusus bagi piaraan tersebut.

Meluasnya perhatian terhadap binatang peliharaan membuat mereka berkumpul dan membentuk komunitas. Coba saja cari komunitas pecinta binatang di mesin pencari Google. Setidaknya ada 114.000 komunitas yang bisa Anda temukan. Mereka aktif mengadakan berbagai pertemuan untuk bertukar cerita tentang binatang peliharaan. Tak jarang mereka mengadakan kontes untuk memamerkan kecantikan dan ketampanan si hewan peliharaan dengan dandanan yang unik.

Fenomena tersebut memunculkan peluang tumbuhnya bisnis baru: bisnis penyediaan aksesori dan peralatan hewan peliharaan. Biasanya, dagangan yang dipajang di sejumlah toko hewan (pet shop) adalah barang-barang impor yang harganya cukup mahal. Ini menjadi masalah bagi pecinta binatang yang isi dompetnya pas-pasan.

Untuk menggaet pelanggan lebih banyak, para pemilik toko hewan mencari pemasok peralatan hewan asal lokal. Salah satu pemain bisnis ini adalah Henoch Adinugraha dan Novita Kurniawati. Pasangan suami istri asal Malang ini memang memiliki anjing peliharaan. “Istri saya melihat kasur untuk anjing di film-film, kemudian tertarik membuatnya,” kenang Henoch.

Kebetulan Novita adalah seorang penjahit. Ia pun mencoba membuat kasur untuk anjingnya. Ternyata, ada kolega Henoch dan Novita yang tertarik dan memesan kasur tersebut. Melihat peluang ini, Henoch meminta Novita membuat banyak kasur anjing, lalu menawarkan ke sejumlah pet shop yang ada di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Bandung.

Kasur untuk si doggy dan si pus-pus buatan Henoch itu berhias gambar karakter kartun, seperti Doraemon, Piglet, Leopard, dan Dalmatian. Kasur-kasur tersebut laris manis. Untuk menambah produksi, Henoch dan Novita merekrut tujuh orang karyawan.

Ketika memulai usaha tersebut, Henoch hanya berbekal duit Rp 500.000. Kini, usahanya sudah berkembang pesat. Saban bulan omzet-nya bisa mencapai Rp 20 juta. Margin keuntungannya terbilang besar, yaitu 40%. Usaha yang baru berjalan delapan bulan itu pun sudah balik modal.

Selain menawarkan produk ke pet shop, Henoch juga menjual lewat internet. Ia bergabung jadi anggota forum jual-beli online di Kaskus. Belakangan pesanan dari anggota komunitas internet justru lebih banyak ketimbang permintaan dari toko hewan. Maklum, kasur anjing yang dijual lewat forum internet harganya lebih murah karena dibeli langsung dari produsen.

Harga kasur untuk kucing dan anjing buatan Henoch berkisar Rp 70.000 hingga Rp 135.000. Rata-rata setiap bulan pesanan kasur mencapai 500 buah. Oh, iya, Henoch menawarkan empat model kasur: oval, cozy cave, kotak, dan bulat. Kasur yang paling diminati adalah kasur model oval dan bulat dengan harga antara Rp 70.000 hingga Rp 110.000.

Kandang anjing besar
Selain kasur, di pasaran juga bisa kita temukan kandang anjing yang unik. Salah satu pemasok kandang anjing, khususnya untuk anjing jenis besar, adalah Teo Djong. Pemilik merek dagang Decoplast ini sengaja membuat kandang untuk anjing jenis herder, rottweiler, pitbull, dan dobberman.

Teo memulai usaha sejak tahun 1990-an saat usaha toko hewan tengah booming. Waktu itu ia menanam modal sebesar Rp 10 juta. Padahal tadinya, uang tersebut akan ia gunakan untuk membuka bengkel.

Teo sempat jatuh bangun karena rumah anjing buatannya tidak terjual. Maklum, waktu itu ia belum memiliki jaringan pemasaran yang memadai. Tetapi, akhirnya, dia menjadi pemasok ke beberapa pet shop yang ada di Jakarta.

Usahanya mulai terlihat cerah ketika kerusuhan massal terjadi di tahun 1998. Ketika itu, rumah-rumah mewah di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara menjadi korban pembakaran oleh massa yang kalap. Tetapi, rumah-rumah yang dijaga anjing besar, seperti jenis rottweiler, lolos dari amukan massa.

Sejak saat itu banyak orang mulai memelihara anjing besar. “Ini membuat pet shop gencar memesan kandang untuk jenis anjing besar,” kenang Teo.

Di awal tahun 2000, Teo memberanikan diri menempelkan merek Decoplast pada produknya. Ia pun mulai gencar berpromosi dan merekrut dua orang pekerja untuk membantunya. Meski begitu, Teo tetap menjaga hubungan baik dengan pet shop dan masih memenuhi order mereka.

Kandang anjing buatan Teo dijual seharga Rp 2 juta per unit. Kandang tersebut biasanya berukuran 1,5 x 1 x 1,3 meter. Saban bulan Teo bisa mengantongi omzet minimal Rp 30 juta dengan margin keuntungan 45%. Ia bilang, permintaan kandang anjing besar bisa mencapai 20 unit sebulan.

Teo mengklaim, kandang buatannya punya daya tahan 3 - 4 tahun karena terbuat dari besi baja dan besi siku. “Inilah keunggulan buatan kami dibanding kandang aluminium yang bisa rusak hanya dalam waktu 3 bulan,” paparnya.

Baju ala superhero
Selain pembuat kasur dan kandang, ada juga pemasok pakaian binatang peliharaan. Salah satunya Yudianto. Pria yang memulai usahanya sejak 6 bulan lalu itu kini mampu meraup omzet Rp 4 juta per bulan dengan margin keuntungan 30%.

Semula ia hanya iseng saja membuat pakaian anjing yang unik, seperti kostum Superman. Tidak disangka, respons pasar cukup bagus. Permintaan mulai mengalir dari pemilik toko hewan, pemilik anjing, dan kucing. Harga pakaian hewan bikinan Yudi mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 155.000.

Pemain lain adalah Agustine Sally. Ia sering mengikutsertakan anjingnya dalam kontes dan sering menjadi juara. “Dari situ, ada permintaan membuat pakaian anjing,” jelasnya.

Sejak tahun 2004, Sally dan tiga orang rekannya memasarkan pakaian anjing. Hasilnya lumayan. Makanya, mulai tahun 2008, Sally yang masih berstatus mahasiswi ini mantap memproduksi pakaian hewan dengan label Butik Doggy.

Sally kini dibantu empat orang penjahit untuk memproduksi 500 potong pakaian anjing dalam sebulan. Harga rata-rata pakaian tersebut Rp 30.000 - Rp 75.000 per potong. Selain di pasar lokal, produknya sudah menembus pasar Singapura dan Jepang. Sally boleh bangga, omzet usahanya saat ini mencapai Rp 15 juta-Rp 37,5 juta sebulan dengan keuntungan 40%.

Ternyata, sayang dengan binatang bisa mendatangkan rezeki, ya.

Pilih Waralaba atau Usaha Sendiri?




Soto Mie Leo Dozan, Kebab Baba Rafi, Sinar Garut, Bengawan Solo Coffee.... Hm, bisnis food & beverage rasanya memang tidak pernah sepi. Anda pun jadi tertarik untuk memulai usaha sendiri di bidang ini. Tetapi mungkin Anda masih bingung antara merintis usaha sendiri, atau membeli franchise (waralaba) dari usaha yang sudah ada dan cukup dikenal (seperti singkong keju, donat kentang, jagung manis, dan lainnya).

Sebetulnya mana yang lebih menguntungkan dan aman bagi pemula di bidang wirausaha, merintis usaha sendiri atau membeli franchise? Jika membeli franchise dapat dikatakan aman, apa saja yang harus dipelajari, dipersiapkan, dan dilakukan? Sebaliknya, jika lebih aman merintis usaha sendiri, sebaiknya apa yang harus kita persiapkan dan lakukan terlebih dulu? Apakah modal sebanyak Rp 20 juta cukup untuk membuka usaha makanan kecil? Dari jumlah modal awal itu, berapa kira-kira uang yang sebaiknya kita putar, dan berapa jumlah uang yang harus disimpan sebagai cadangan modal?

Memulai suatu usaha selalu dirasakan berat bagi semua orang, apalagi bagi mereka yang belum pernah melakukan atau berbisnis sebelumnya. Itulah sebabnya banyak orang yang kemudian mengambil jalan pintas dengan membeli franchise, dengan harapan tidak terlalu berat dan menakutkan dibandingkan memulai usaha sendiri. Sebenarnya, terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing usaha ini.

Satu hal pertama yang sering dilupakan oleh banyak pebisnis pemula adalah “membeli franchise” tetap sama dengan apabila kita memulai bisnis sendiri. Banyak orang beranggapan, membeli franchise adalah jaminan bahwa uangnya aman dan bisnis akan tetap berjalan. Kenyataannya tidak demikian. Banyak yang terjadi, terutama di Indonesia, pada masa-masa euphoria franchise sekitar 3-4 tahun yang lalu, dimana usaha yang di-franchise-kan dahulu kini sudah tidak ada lagi usahanya. Atau, apabila masih ada pun hanya tinggal 1 atau 2 toko saja. Lebih parahnya lagi adalah, ada beberapa usaha yang di-franchise-kan justru kantor pusat alias franchisor-nya yang malah sudah tutup alias gulung tikar. Oleh sebab itu, berhati-hatilah. Itu sebabnya Asosiasi Franchise Indonesia atau AFI menerapkan aturan yang ketat bagi anggotanya.

Yang harus selalu diingat dan diperhatikan pula, stigma membeli franchise lebih aman daripada memulai usaha sendiri dengan cara dan merek sendiri, tidak sepenuhnya benar, khususnya di Indonesia. Seperti yang sudah diungkapkan di atas, franchise tetaplah merupakan sebuah bisnis atau usaha yang juga memiliki risiko dan harus dilakukan dengan serius dan benar.

Apabila kita mengacu kepada proses standardisasi franchise di luar negeri, seorang franchisee (pembeli franchise) haruslah melalui proses menunggu atau waiting list, melakukan interview (wawancara) berkali-kali, sampai franchisor-nya yakin, orang tersebut layak untuk mendapatkan franchise yang diinginkan. Belum lagi memperhitungkan lokasi untuk tempat usaha ,yang menjadi salah satu ukuran terpenting suksesnya sebuah franchise.

Seluruh proses yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang di-franchise-kan sebenarnya harus dilakukan oleh usaha mana pun yang meliputi pemasaran produk, keunggulan produk, lokasi penjualan, dan lain-lain. Hanya saja, banyak dari pebisnis pemula yang tidak mau atau tidak mengerti dalam melakukan persiapan awal sebuah usaha sebelum memulai usahanya itu.

Akan tetapi, kendati proses ini sudah dijalankan, proses menjalankan sebuah usaha tetap harus dilakukan dan diawasi dengan ketat, layaknya usaha yang dilakukan tanpa franchise. Hal-hal yang diharus tetap dijaga antara lain: kualitas barang dagangan, standar layanan, standar kebersihan (untuk usaha restoran atau usaha lainnya yang memerlukan tingkat kebersihan yang tinggi), dan lain sebagainya.

Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangan dari memilih franchise dibandingkan memulai usaha dengan merek sendiri?

Pertama, yang bisa diharapkan dari sebuah franchise adalah “branding” alias nama besar yang sudah disandang oleh franchisor. Dengan nama besar yang sudah disandang oleh franchisor, diharapkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk ataupun jasa yang diberikan sudah sangat tinggi. Sehingga, dapat dikatakan begitu buka toko sudah ada pembeli yang mengantri untuk masuk dan membeli dagangan Anda. Oleh sebab itu, hindari perusahaan yang di-franchise-kan yang belum mempunyai nama, baik itu nama bisnis atau usahanya, ataupun nama pemiliknya yang sudah dikenal masyarakat.

Kedua, untuk bisnis makanan, pastikan resep atau rasa yang sudah digemari oleh orang (khalayak ramai) dan teruji. Diharapkan ketika membuka toko itu, masyarakat sudah familiar dengan nama dan rasa dari makanan yang Anda jajakan, sehingga mereka tidak takut untuk mencoba. Banyaknya orang yang masuk ke toko akan meningkatkan penjualan, yang ujung-ujungnya akan meningkatkan pendapatan dan keuntungan. Oleh sebab itu, carilah franchise dimana rasa makanan yang ditawarkan sesuai dengan lidah kebanyakan orang.

Keuntungan terakhir yang bisa didapatan dari sebuah franchise adalah sistem kerja yang sudah standar atau sama dari satu toko ke toko lain. Sistem kerja yang sudah standar ini akan memudahkan karyawan Anda untuk melakukan pekerjaan dan memudahkan Anda sebagai pemilik usaha untuk melakukan kontrol terhadap kerja karyawan, karena sudah jelas tolak ukurnya.

Yang harus dipersiapkan sebelum memulai usaha:
1. Pastikan Anda sudah memiliki dana darurat keluarga yang besarnya tergantung banyaknya tanggungan keluarga Anda. Pastikan pula dana investasi untuk usaha ini tidak akan mengganggu keuangan keluarga Anda (dianggap uang investasi yang hilang).
2. Besaran dana investasi (secara nominal) akan tergantung dari jenis usaha dan skala usaha yang ingin dilakukan. Sebaiknya, mulailah dengan yang kecil dulu, setelah berhasil usahanya barulah bisa dibesarkan lagi.
3. Selain dana investasi untuk sewa, peralatan, dan perlengkapan, yang juga harus dipersiapkan adalah dana untuk perputaran. Idealnya, untuk usaha makanan diperlukan dana sekitar tiga bulan cadangan untuk diputarkan atau dikenal dengan modal kerja. Akan tetapi, agar lebih aman, Anda bisa mempersiapkan sampai dengan 6 bulan modal kerja. Yang harus selalu diperhatikan adalah jika Anda memiliki bujet investasi usaha sebesar Rp 20 juta (di luar modal kerja). Jangan menggunakan seluruh modal untuk investasi, tetapi pergunakan sebagian saja, sehingga ada kelebihan dana cadangan apabila dibutuhan.

Selamat berwirausaha!

Narasumber: Aidil Akbar Madjid, MBA, RFC, perencana keuangan dari International Association of Registered Financial Consultant (IRAFC) Indonesia.

Membangun Bisnis Mini Resto




Belakangan ini banyak sekali bermunculan mini resto alias restoran skala kecil. Sebenarnya tren ini tidak lepas dari makin meningkatnya gaya hidup masyarakat. Jadi, buat Anda yang berminat menekuni bisnis ini, peluang masih cukup terbuka. Baik membuka mini resto sendiri atau dengan membeli sebuah waralaba, pilihan ada di tangan Anda. Semua ada kelebihan dan kekurangannya.

Harus enak
Karena bisnis ini restoran mini, tentu Anda tak membutuhkan tempat luas. Ruko kecil, gerai mini di pusat perbelanjaan, garasi, atau pun halaman rumah, bisa disulap menjadi tempat usaha. Nah, untuk lokasi, ada satu hal yang perlu Anda perhitungkan, yaitu lokasi harus cukup strategis. Meski berada di pusat perbelanjaan, jika lokasinya kurang menguntungkan tentu akan sepi pengunjung.

Yang juga perlu diingat, apa pun bentuk mini resto, Anda perlu tahu kebutuhan konsumen, yaitu makanan yang enak di lidah. Jika rasa dari makanan yang disajikan biasa, kemungkinan besar pengunjung hanya akan datang sekali saja. Ehm... agak susah, ya? Begitu lah bisnis makanan. Jika terasa kurang sedap, usaha Anda bisa tidak laku.

Setidaknya, Anda punya 2-3 menu andalan atau khas. Akan lebih menarik jika setiap periode tertentu Anda memperkenalkan menu baru dan kemudian mempromosikannya. Ini bisa membuat para tamu makin penasaran berkunjung ke resto Anda.

Cozy
Jangan lupa, sesuaikan juga menu di resto Anda dengan kebutuhan pengunjung. Misalnya, jika makanan yang ditawarkan jenis "makanan berat", Anda bisa membuat mini resto khusus steak. Anda tidak perlu memakai daging sapi impor. Cukup daging lokal saja. Dengan begitu, harga yang Anda berikan pada pengunjung pun terjangkau. Bisa juga sebatas menyajikan makanan yang ringan tapi cukup mengenyangkan. Misalnya, menu batagor, burger, crepes, atau bahkan mie ayam pangsit.

Selain rasa makanan yang enak, Anda juga perlu menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Anda bisa mendesain eksterior dan interior sesuai dengan tema makanan yang disajikan. Atau pilih nuansa bergaya modern, sehingga pengunjung anak muda ataupun keluarga muda tertarik untuk datang.

Untuk menambah daya tarik pengunjung, Anda bisa menambah fasilitas hot spot. Jangan lupa lengkapi dengan TV, musik dan bacaan (buku, koran, majalah) untuk membuat para pengunjung senang dan merasa terhibur.

Berdamai dengan risiko
Seperti kebanyakan usaha lainnya, menjalankan bisnis mini resto ini bukannya tanpa risiko. Bahkan bisa dibilang risiko yang Anda hadapi cukup besar, yaitu para tamu tak kunjung datang atau tidak terlalu banyak. Tiga bulan pertama biasanya akan menjadi periode sangat sulit bagi para pebisnis di bidang ini.

Ketekunan dan kreativitas akan menjadi kunci utama dalam menjalankan bisnis ini. Tekun dan sabar jika memang usaha belum berjalan sesuai harapan, serta kreatif dalam berpromosi, terutama dalam tiga bulan pertama ini.

Jika berhasil, laba bersih yang diperoleh selama periode investasi (masa mencapai balik modal) sekitar 15-20 persen dari keuntungan per bulan. Bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank, investasi ini cukup menjanjikan. Dengan catatan, Anda menjalankan usaha ini dengan hati-hati. Selamat berbisnis!

Children's Wear: Pasar Potensial yang Belum Tergarap



“Orangtua mana yang tak akan memberikan segalanya untuk anaknya?” tanya Carmanita kepada Kompas.com di acara peragaan busana kelulusan siswa tahun ketiga Sekolah Mode Esmod Jakarta, di Plaza Bapindo, (2/7).

Ya, kebanyakan orangtua pasti akan mengusahakan segala yang terbaik untuk anaknya, tak terkecuali urusan gaya. Dari sepatu karet dengan harga setinggi langit, hingga ke pernak-pernik putri dongeng yang tak kalah mahal dari tas tangan wanita bermerek. Tak punya uang? Tenang, kan ada versi "bajakannya" di pasar-pasar yang modelnya serupa, meski bahannya berbeda.

“Kita kan sekarang lagi di masa kesulitan orang buang duit. Tapi untuk anak, orangtua pasti akan bela-belain membeli yang terbaik. Buat saya, pasar untuk pakaian bayi hingga 4 tahun itu memungkinkan para desainer menciptakan baby line. Bahkan Dior dan Chanel saja menciptakan baby line. Kenapa? Karena mereka tahu itu adalah pasar emas. Orangtua pasti akan memberikan segalanya untuk anak-anak. Ini yang belum dilirik desainer-desainer baru,” jelas perancang yang juga menjadi kepala juri di peragaan busana kelulusan Esmod tersebut.

Tak bisa dipungkiri, pakaian anak-anak bisa menjadi target yang sangat sulit, tetapi bisa juga menjadi tambang emas. Mengapa? Karena ada berbagai hal yang mesti diperhatikan untuk pakaian anak. Misal, bahan yang digunakan harus mudah menyerap keringat, lembut, mudah dikenakan, tidak mudah rusak, mudah dibersihkan, warnanya menarik, dan lain sebagainya. Diperlukan sebuah imajinasi yang tinggi untuk bisa menampilkan pakaian yang akan disukai pemakai dan target pasarnya. Namun, ada kegairahan tersendiri dalam mendesain pakaian anak-anak. Seorang desainer bebas menumpahkan kreasi dan imajinasi seluas-luasnya untuk bisa menyentuh target pasarnya.

“Baju baby biasanya itu-itu aja, kita kan bisa buat desain yang bermacam-macam, tentu dengan bahan yang cocok untuk bayi. Perancang juga harus pintar-pintar jualannya. Misal, dengan memberikan aksesori pendukung. Seperti, bando, gelang, atau rok lucu, dan sebagainya. Pasar children’s wear di Indonesia justru banyak dipasok oleh produsen-produsen luar, seperti Korea, Taiwan, Venezuela, Turki. Bahannya enak, warnanya terkoordinasi,” terang Carmanita.

Nampaknya potensi pasar ini ditangkap oleh Sekolah Mode Esmod, yang beberapa waktu lalu mengadakan peragaan busana tahunan karya siswa-siswi yang menginjak tahun ketiga. “Children’s wear sudah menjadi bagian dari majoring bagi anak-anak tahun ketiga Esmod sejak lima tahun belakangan ini. Karena kami melihat adanya perkembangan dan pasar di bidang ini,” ujar Mayadewi Hartanto, pimpinan Esmod Jakarta pada kesempatan yang sama. Ia mengajak para siswanya untuk membuka mata kepada pasar tersebut.

Makin sadar fashion-nya masyarakat Indonesia, makin ketat pula perjuangan untuk survive di bisnis ini. Para desainer harus jeli dalam menemukan celah untuk berkreasi dan menemukan jati diri agar produk-produknya memiliki ciri khas tersendiri dan spesifik. Seperti yang dilakukan oleh Up 2 U, sebuah lini pakaian anak di bawah PT Trimoda Uptodate, pemilik butik Up 2 Date, butik busana muslim wanita. Up 2 U merupakan lini khusus pakaian anak Muslim perempuan untuk usia 3-13 tahun.

“Up 2 Date adalah butik untuk wanita Muslim dewasa, kadang kami menyelipkan pakaian anak-anak di butik ini, dan ternyata responsnya sangat baik. Karena itu, kami memberanikan diri untuk membuka lini khusus anak-anak,” terang Tia Wigati, Business Development Up 2 U, pada acara launching Up 2 U, di Blitzmegaplex, (11/07).

Up 2 U menggarap pasar children’s wear ini dengan sangat serius. Untuk mendapatkan dan tepat sasaran, mereka mengundang beberapa anak berusia target sasaran mereka yang belajar di sekolah model untuk ikut dalam FGD (Focus Group Discussion). Inti diskusi ini adalah untuk mendapatkan insight dari anak-anak secara langsung. Di diskusi ini, anak-anak diajak untuk menuangkan pikiran dan inspirasi mereka seputar desain pakaian yang akan mereka sukai.

“Di launching ini, kami ingin anak-anak menjadi bintang fashion itu sendiri agar lebih fokus. Seluruh busana dirancang dalam material dan cutting yang nyaman, mengimbangi kegiatan anak-anak yang butuh keleluasaan bergerak. Dari sisi desain, kami menawarkan konsep sporty basic+,” pungkas Tia.

Pada koleksi yang spesifik untuk anak-anak Muslim perempuan ini, Anda akan menemukan bahwa keunikan dan kenyamanan menjadi perhatian utama koleksinya. Koleksi baju anak-anak yang colorful bisa disesuaikan dengan koleksi baju si ibu. Selain itu, aksesori juga menjadi poin plus koleksinya. Si kecil jadi bisa mandiri untuk memilih baju dan aksesorinya. Ia bisa kreatif untuk memilih sendiri dan mempadupadankan aksesori dan pakaiannya. Koleksi Up 2 U dijual dengan rentang harga Rp105.000,- – Rp235.000,-.

0 comments

Posted in

Ide Wirausaha: Kedai Kopi



Berwirausaha dengan modal terjangkau dan untung besar hampir dipastikan banyak diminati orang. Itulah gagasan atau cita-cita yang dianut pengusaha yang akan mengajak bermitra kepada siapa pun juga.

Kepada harian Warta Kota, Iwan Agustian, pemilik waralaba Semerbak Coffee Blend, mengatakan, untuk menjalankan usaha ini modal yang dibutuhkan calon pewaralaba hanya Rp 7 juta. Biaya itu sudah termasuk konter, bahan kopi sebanyak 6 rasa untuk 120 gelas atau cup, media promosi, software keuangan, seragam, dan manual pengoperasian.

Ada yang membedakan waralaba ini dengan waralaba lainnya. Kata Iwan, selain tidak memungut biaya franchise dan biaya promosi, Semerbak Coffee Blend juga tidak memakai sistem kontrak untuk kerja sama. Pewaralaba cukup belanja kebutuhan bahan kopi di kantor pusat Semerbak Coffee Blend.

"Ini yang membedakan waralaba kami. Kami berpegang pada visi yang kami buat. Kami ingin menciptakan pengusaha baru yang ingin berwirausaha di bidang minuman. Maka dari itu tidak dipungut biaya apapun kepada mitra kami. Termasuk tidak ada kontrak fee dan tidak ada batasan bulan bahkan tahun," ujar Iwan, Selasa (1/9).

Cuma untuk mengikatnya, kata Iwan, para mitra harus belanja bahan kopi di kantor pusat. Termasuk para mitra yang berada di luar Depok atau luar Pulau Jawa, membeli bahan pembuat kopi di kantor yang berada di Jalan Nusantara, Depok itu. Untuk mitra yang berada di luar kota bahan pembuat kopi akan dikirim.

Sebelum menjadi mitra, calon mitra bisa mencicipi bahan dari pembuat kopi. Bagi yang berminat bisa membeli sampel yang berisi enam bahan kopi seharga Rp 50.000,-. Dalam paket ini terdapat bagaimana cara membuat dan menyajikan kopi blend. Harga sampel itu tidak termasuk ongkos kirim.

"Kami beri kesempatan kepada yang berminat untuk mencoba dulu sebelum memutuskan untuk bermitra dengan kami. Bila cocok, bisa diteruskan untuk bekerja sama dengan membayar uang muka 50 persen. Mengenai lokasi penjualan diserahkan langsung ke mitra. Kami tidak ikut survei. Karena yang tahu lokasi dan seluk-beluk pasarnya adalah mitra," kata Iwan.

Di sisi lain, waralaba ini juga bisa memberikan nilai lebih kepada calon mitranya. Misalnya, kata Iwan, mitra atau pewaralaba sudah menekuni usaha makanan lainnya, seperti menjual bakso atau somay, tetap bisa menjadi mitra tanpa harus menutup usaha yang sudah ditekuni.

Menu Semerbak Coffe Blend adalah iced cappuccino latte, hazelnut cappuccino latte, tiramisu cappuccino latte, caramel cappuccino latte, vanila cappuccino latte, dan chocolate cappuccino latte.

Iwan mengatakan, dalam satu hari pewaralaba yang sudah jalan rata-rata bisa menjual 200 gelas dengan harga jual dari Rp 7.000,- sampai Rp 10.000,-/gelas, karena tergantung dari lokasi dan target konsumennya.

Selain kopi ada tawaran yang lain yaitu teh gelas Goodtea. Modalnya mulai Rp 4,5 juta hingga Rp 7,5 juta dengan masa pengembalian modal dalam waktu dua hingga tiga bulan.

Goodtea menawarkan program waralaba dalam tiga paket, yakni paket A, paket B, dan tricycle booth. Praska Gilang Ramanda, Marketing Goodtea, mengatakan, paket-paket itu mempunyai harga paket yang berbeda. Paket A ditawarkan Rp 4,5 juta, paket B ditawarkan Rp 5,5 juta, dan paket tricycle booth Rp 7,5 juta.

Waralaba Goodtea juga tidak menarik biaya royalti dan fee franchise kepada mitranya. Semua keuntungan yang diraih franchisis (istilah pewaralaba Goodtea) dimiliki sepenuhnya oleh pewaralaba. Anda tertarik?

Penghasilan Tambahan dari Menjalankan Hobi


Tak banyak orang yang berani atau mampu mengelola hobinya sebagai penghasilan utama. Namun, bagi Peni Respati dan Gemini Miranti, hobi bisa dijadikan penghasilan. Mereka berani mencoba hal yang sebelumnya masih terasa asing bagi mereka untuk dijadikan penghasilan baru.

Beberapa waktu lalu, Kompas.com bekerja sama dengan Tulip Chocolate, produsen cokelat lokal kenamaan, dan Natural Cooking Club (NCC) menggelar lomba resep hidangan Ramadhan. Dari sekian banyak pengirim resep, terpilihlah 4 orang wanita sebagai pemenangnya. Mereka adalah Peni Respati, Niken Larasati, Endah Kusumaningrum, dan Gemini Miranti. Masing-masing pemenang mendapatkan kesempatan agar resepnya dipraktekkan oleh ketua NCC Fatmah Bahalwan dan tim dari Tulip di rumah mereka. Tentu ini menjadi kesempatan yang langka.

Yang menarik dari para pemenang ini adalah, mereka memiliki kesamaan nasib. Pada awalnya mereka belum menemukan keinginan untuk “bermain-main” di dapur. Namun, setelah ikut milis NCC, mereka berani menentukan pilihan lain untuk mendapatkan penghasilan, yakni lewat kemampuan mereka berkreasi dengan makanan.

Seperti dituturkan Peni Respati kepada Tabloid Nova, ketika baru pindah ke Jakarta, ia bekerja kantoran. Namun, jiwa seni yang telah ia pupuk sejak kecil seakan memanggil, dan Peni pun berusaha mencari bakatnya lewat kursus-kursus. Dari kursus membatik, bahasa Inggris, hingga membuat cake. Pada tahun 2006, ia ikut milis NCC. Dari sinilah semuanya bergulir. Melalui perkumpulan para ibu yang memiliki ketertarikan dalam mengelola bahan makanan, Peni menemukan keasyikan tersendiri. Ia memilih dekorasi cake dengan desain personal sebagai spesialisasinya. Ia menawarkan cake yang sudah dihias sesuai keinginan pemesan.

Saat ini Peni tak hanya memenuhi permintaan kue lewat blog-nya, http://dapurkecilku.blogspot.com, tetapi juga memberikan kursus pembuatan cake. Bahkan, saat ini ia sedang dalam tahap penyelesaian buku tentang kuenya yang ketiga. Saking banyaknya permintaan, akhirnya Peni memutuskan berhenti bekerja dari kantornya dan bekerja penuh untuk usahanya. Cake buatannya ia patok dengan harga Rp 350.000 – Rp 850.000. Sementara untuk kue ulang tahun yang bentuknya penuh detail, ia bisa memasang harga Rp 1,5 – 2 jutaan. “Dibandingkan kerja kantoran, penghasilan saya sekarang jauh lebih besar. Hanya saja, keuntungan yang saya peroleh, saya pakai untuk investasi. Misalnya beli alat dan merampungkan tempat kursus saya di Taman Royal, Tangerang,” tukas Peni.

Lain lagi dengan cerita Gemini Miranti. Meskipun sejak kecil sudah sering memperhatikan ibundanya memasak, namun hingga menikah Gemini belum mau "turun" ke dapur. Ia baru berniat mengikuti kursus memasak setelah membaca ulasan tentang komunitas NCC di harian Kompas. Setelah bergabung dengan milis NCC, ia baru mengetahui bahwa anggota lain pun banyak yang baru mau belajar memasak. “Kalau menurut Ibu Fa (panggilan ibu Fatmah, RED.), ini semacam ‘virus’. Kita yang ikutan di NCC, pasti lama-kelamaan akan suka memasak dan makin pingin belajar,” tutur Gemini.

Dari NCC ini, ia juga belajar untuk berjualan kue kering. Sama seperti Peni, Gemini menjual hasil kreasinya lewat blog. Pada momen-momen tertentu, ia juga kebanjiran pesanan. Pada saat pesanan begitu banyak sehingga tak mampu memenuhinya sendiri, Peni pun meminta rekannya dari NCC untuk membantu memasak. Keuntungan dari hasil penjualan lalu dibagi, tergantung kesepakatan.

“Ibu Gemini itu awalnya tak mau memasak, apalagi membuat kue dan menjualnya. Tetapi setelah mendengar pengalaman teman-teman yang lain, ternyata ia bisa berkembang. Bahkan sekarang ia bisa menjual hasil kue-kuenya. Banyak pengalaman semacam ini dari klub masak kami. Tergantung dari masing-masing pribadinya, apakah mereka mau berusaha sendiri. Kalau mau, pasti bisa. Begitu juga, yang tadinya tidak berani berbisnis, sekarang punya, dan bisa berkembang,” terang Fatmah. Sejak berdiri dari tahun 2005, anggota NCC yang awalnya hanya 4 orang, kini sudah berkembang menjadi lebih dari 6.400 orang.

Klub masak semacam ini bisa sangat membantu Anda menambah penghasilan. Di dalam klub ini, Anda bisa berbagi cerita seputar usaha, atau berbagi resep. Resep-resep karya anggota biasanya dipajang di dalam website, www.ncc-indonesia.com. Fatmah mengatakan bahwa semua resep dari website tersebut boleh diambil, bahkan bila Anda ingin memanfaatkannya untuk bisnis Anda sendiri. Fatmah tidak khawatir resep-resepnya dimanfaatkan orang lain. Jika resepnya bisa membantu menambah penghasilan orang lain, mengapa tidak? Prinsipnya, ilmu tidak boleh dibawa mati.

Peni S. Pramono, Ahli Usaha Kecil Berkat Usaha Kecil



Saat kuliah, Peni S. Pramono bekerja sebagai petugas perpustakaan di sebuah lembaga kursus bahasa Inggris. Kesempatan itu ia gunakan untuk belajar, dengan membaca buku-buku klasik berbahasa Inggris. Beruntungnya lagi, ada guru yang berbaik hati mengajarnya cara menjadi guru bahasa Inggris yang baik.

Setelah menikah dengan Handi Pramono, Peni berhenti bekerja di luar rumah. Tetapi karena tak biasa berdiam diri, ia membuka kursus bahasa Inggris kecil. Ia menamai lembaga kursusnya International Language Training (ILT). Ketika mengelola ILT itulah ia mulai bersentuhan dengan UKM dan berbagai persoalannya. "Saya mulai kenal berbagai pengusaha kecil dan saling bertukar pengalaman. Sejalan dengan itu ILT semakin berkembang. Saya mulai mempekerjakan beberapa karyawan dan pengajar," kenang Penny.

Pentingnya laporan keuangan

Usaha Peni semakin berkembang sampai ia akhirnya membuka kursus lain, seperti komputer dan bahasa Mandarin. Belakangan ia juga mendirikan taman kanak-kanak bernama Kid's Land, dan kursus akuntansi untuk UKM. Alasan membuka kursus terakhir ini karena Peni melihat bahwa banyak usaha kecil sekarang menganggap laporan keuangan sebagai buku catatan belaka. "Jika ingin jadi kuat dan besar, suatu usaha kecil harus memperlakukan laporan keuangannya sebagai buku penuh angka yang bisa diajak bicara, bukan catatan," ujar Peni.

Buku Membuat Laporan Keuangan dengan MYOB 12 untuk Bisnis Manufaktur menjembatani ilmu akademisi dengan ilmu praktisi pengusaha di lapangan. Ternyata banyak juga mahasiswa yang menikmati buku ini. "Soalnya buku yang mereka baca di kampus menggunakan istilah-istilah yang rumit," ujar Peni. Dari pengusaha kecillah Peni mengaku banyak mendapat ilmu, "Ilmu mereka memang tanpa rumus. Tetapi hasil dari pemantauan dan pengalaman bertahun-tahun, membuat mereka dapat menarik kesimpulan dari apa yang disarikan dalam buku teks," jelas Peni.

Menurut ibu beranak dua itu, seorang pengusaha kecil yang sudah sukses kerap tergoda membuka usaha lain. Hal itu sah saja asal dilakukan dengan perhitungan matang. "Kalau kita ingin memiliki usaha baru, sebaiknya usaha lama sudah berjalan baik. Buat usaha lain yang saling melengkapi apa yang saya kerjakan dalam workshop dan seminar, yaitu sebagai pembicara," ujar Peni.

Meski banyak belajar di lapangan, bukan berarti ia tidak belajar mengenai UKM di bangku sekolah. "Ada baiknya mengambil sekolah formal kalau ada waktu. Setelah melakukan usaha selama bertahun-tahun, lakukanlah penyegaran otak dengan belajar," ujarnya. Ia sendiri sudah meraih gelar master dari kampus Prasetya Mulya, Jakarta Selatan, jurusan manajemen bisnis.

Menurut Peni, apa yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk UKM sudah baik, hanya birokrasinya harus dikurangi. "Kredit Usaha Rakyat (UKR) sangat membantu para pengusaha kecil. Dengan adanya tambahan modal kerja, mereka mampu memproduksi lebih, yang kemudian menghasilkan keuntungan yang lebih pula."

UKM dinilai Peni sebagai usaha tahan krisis. Karena kecil, ia mudah bergerak dan berpindah haluan. Usaha besar yang sudah kokoh harus mempertimbangkan sekian ribu karyawan jika hendak mengubah haluan," jelas Peni.

Karena itu Peni ingin membuat masyarakat UKM Indonesia menjadi masyarakat yang berpengetahuan, tidak mudah dibodohi. Ia membuat ilmu ber-UKM mudah dimengerti. "Bayangkan kalau semua ilmu itu dijelaskan dengan rumus, formula, atau definisi. Sungguh membosankan dan tidak banyak orang mampu memanfaatkannya," tutur Peni.

Dalam bukunya, juga ada sebuah contoh bagaimana mendeteksi suatu kebangkrutan. "Kebangkrutan bisa dideteksi dari laporan keuangan, jauh sebelum perusahaan itu bangkrut," tutur Peni. Ia mengakui, untuk membuat sebuah konsep yang gampang diterima memang tidak mudah. Peni merasa masih perlu belajar bagaimana menjadi guru yang baik, agar ilmu yang ia bagi mudah dijelaskan.

Krisis global sekarang ini membuat UKM di Indonesia banyak yang menjadi "penambang" utang, karena kurang modal dan barang yang mereka jual banyak pesaingnya. "Apalagi mereka yang menjual barangnya ke luar negeri," jelas Peni. Untuk mencegah hal itu tidak terus terjadi, Peni menganjurkan para pengusaha UKM untuk memproduksi atau menjual barang yang unik. "Barang unik tidak pernah kehabisan pembeli. Tetapi, jangan terlalu mengandalkan pasar luar negeri, karena mereka pun sedang dilanda krisis. Mau tak mau kita mesti kembali ke pasar lokal, karena di dalam negeri sendiri pangsanya masih besar."

Intinya, "Bagaimana cara kita melihat persaingan itu sebagai tantangan dan dorongan untuk membenahi diri. Bukan menjadi maslaah yang membuat kita semakin runtuh."

Jilbab Lucu Anak


Hari ini ketika berjalan-jalan di seputar pasar ketapean, saya melihat sebuah jilbab lucu yang khusus memang untuk anak kecil. Di samping jilbab lucu dan unik terdapat juga BAJU HAMIL yang lucu dan elegant. Memang di pasar ini, sangat gampang kita temukan baju muslim yang bagus-bagus. Kita bisa dengan bebas memilih baju yang kita sukai.

Di salah satu toko saya juga temukan toko yang melakukan promosi GROSIR BUSANA MUSLIM. Mungkin karena persaingan yang semakin ketat, membuat para pedagang mengeluarkan semua jurus marketing yang telah dipelajarinya. Balik lagi ke jilbab lucu untuk anak, jilbab itu memiliki warna dasar putih dan di bagian depannya terisi warna hijau muda, pokoknya lucu banget deh. Di bagian bawah jilbab itu dihiasi bordir yang bagus banget, motif bunga dan motif batik.

Berbagi Tips dan Triks Gratis


Dapatkan Tips dan triks Gratis untuk menghasilkan Uang Dari Blog. Di
www.uangdariblog.com anda akan menemukan banyak sekali tips yang akan
membatu anda mendapatkan penghasilan pertama dari blog. Semua tips dan
trik itu bisa anda dapatkan dengan gratis tanpa mengeluarkan uang
sepeserpun. Selain dari Di www.uangdariblog.com, anda juga bisa
mendapatkan berbagai trik di www.ayoberbagi.com.

Limbah Kayu Jadi Puzzle Penghasil Laba



Tak semua mainan anak bersifat mendidik. Orang tua memang harus selektif memilih mainan yang tepat bagi si buah hati. Berbekal hal ini, Jumadi menciptakan puzzle sebagai mainan perangsang otak si kecil. Tak disangka, mainan ini laris sampai luar negeri.

Bisnis yang berkaitan dengan kebutuhan anak, termasuk mainan anak, jelas merupakan bisnis menjanjikan. Selama manusia masih berkembang biak di muka bumi ini, maka bisnis yang menyasar anak-anak sebagai konsumen tak akan pernah kehilangan pembeli. Sudah begitu, setiap anak pasti membutuhkan mainan.

Biasanya para orang tua tak keberatan keluar duit untuk membelikan mainan untuk sang buah hati. Bahkan, ayah bunda rela keluar duit banyak jika mainan tersebut bisa merangsang kecerdasan si kecil. Masalahnya, bukan perkara mudah mencari mainan anak yang mendidik. Beberapa jenis mainan malah membuat anak semakin konsumtif.

Bagi Jumadi, seorang pengusaha asal Bantul, Yogyakarta, kondisi tersebut adalah sebuah peluang bisnis. Dia pun membuat mainan puzzle sebagai salah satu mainan alternatif bagi anak. Tak disangka, puzzle berbahan kayu jati buatannya laris manis. Jumadi pun bisa meraup omzet ratusan juta rupiah saban bulannya.

Awalnya, Jumadi merupakan pengusaha mainan anak-anak dan barang rumah tangga dari tempurung kelapa. Waktu itu masih tahun 1991 dan umur Jumadi baru menginjak 36 tahun. Sayang, bisnis kerajinan tempurung kelapa Jumadi kurang berkembang.

Ia pun mencari peluang bisnis lain. Tapi lagi-lagi dia tertambat pada bisnis mainan anak. Muasalnya, tahun 1994 ia bertemu dengan Puji Santoso, yang ternyata gemar menciptakan puzzle kayu berbentuk bola. Darah bisnis Jumadi langsung berdenyut kencang melihat ide bisnis tersebut. Ia pun mengajak rekannya bergabung dalam perusahannya yang dinamakan Jatisae Handicraft.

Seiring berjalannya waktu, Jumadi ikut menciptakan kreasi berbagai puzzle. “Modalnya adalah ketekunan dan pantang menyerah untuk terus mencoba menciptakan model puzzle baru,” ujarnya.

Puzzle buatan Jumadi memang unik. Ada yang berbentuk bola, kubus, silinder, dan sebagainya. Semuanya terbuat dari bahan baku kayu limbah pabrik mebel di Semarang. “Setiap bulan saya butuh lima truk limbah kayu. Harga per truknya Rp 5 juta,” ujarnya.

Merambah alat musik

Di bengkel kerjanya, Jumadi dibantu 30 karyawan mengolah limbah kayu menjadi puzzle. “Ada sebelas tahapan membuatnya,” ujar Jumadi. Ada tahap pemotongan, pencetakan, pengamplasan, sampai tahap memperhalus serat kayu.

Saat ini Jumadi bisa membuat 156 jenis puzzle dengan kapasitas produksi 33.000 unit per bulan. Seluruh produksinya itu habis terjual. Harga puzzle-nya beragam mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 150.000 per unit, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan membuatnya. “Omzet saya per bulan sekitar Rp 100 juta,” katanya. Dari omzet segitu, Jumadi mengaku menikmati margin sekitar 30 persen-35 persen.

Usaha puzzle milik Jumadi perlahan tapi pasti terus berkembang. Salah satu kiatnya, ia rajin mengikuti pameran dan festival di Jakarta maupun di kampung halamannya, Yogyakarta. Dengan cara ini, ia kerap mendapatkan pembeli dari luar kota dan luar negeri. Antara lain dari Bali, Surabaya, serta Singapura, Prancis, dan Malaysia. “Kebanyakan, pembeli dari Bali-lah yang menyalurkan puzzle saya ke negara-negara tersebut,” ujarnya kalem.

Sejak 2001, Jumadi berinovasi dengan membuat alat musik, seperti jimbe, gendang, dan alat musik suku aborigin, didgeridoo. “Bahan bakunya dari kayu mahoni di Blitar,” ujarnya. Dalam sebulan, alat musik bikinannya menyumbang omzet Rp 75 juta. “Purwacaraka juga kerap membeli alat musik dari saya,” pungkasnya ceria.
0 comments

Posted in , ,

Omzet Bengkel Syamsu pun Naik 4 Kali Lipat




Awalnya September 1999, Noor Syamsu Zauhar mendirikan Riser Service, sebuah bengkel dinamo dengan 1 karyawan di daerah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Meski demikian, di bengkel yang berukuran 4 x 6 itu, Syamsu kerap menerima orderan dari perusahaan-perusahaan di wilayah itu.

Lazimnya para entrepeuneur kecil, keinginan Syamsu untuk untuk mengembangkan usahanya terkendala oleh faktor dana. Padahal dari potensi yang ada, ia yakin bisa meraup omzet yang lebih besar.

Keberuntungan ternyata tidak jauh dari Syamsu. Adalah Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) bentukan tim CSR Adaro, yang melihat potensi dari bengkel yang awalnya hanya beromzet Rp 5-6 juta perbulan itu. Melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Banua Bauntung yang dibentuk tim CSR Adaro, tahun 2006 Syamsu mendapatkan kucuran pinjaman lunak sebesar Rp 100 juta.

Begitu mendapatkan modal tersebut, Syamsu langsung menggunakannya untuk membangun bengkel baru di lokasi yang lebih strategis serta untuk menambah modal usaha.

Selain modal, LPB juga memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas karyawan di bengkel milik Syamsu. Pelatihan yang diberikan diantaranya pelatihan administrasi sederhana dan studi banding ke dealer sepeda motor mitra LPB dan ke salah satu pabrik otomotif ternama.
Dengan lokasi yang baru dan keterampilan karyawan yang meningkat, omzet bengkel Syamsu kini naik 4 kali lipat, kini ia meraup omzet rata-rata Rp 20 juta per bulan.

Bahkan Syamsu kini memiliki 1 cabang bengkel dinamo di Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Kalimantan Tengah. Jumlah karyawan yang awalnya hanya 1 orang pun bertambah menjadi 7 orang.

LPB sendiri melakukan pembinaan terhadap usaha mikro kecil dan menengah yang ada di wilayah operasional Adaro yaitu di Kabupaten Tabalong dan Balangan. Salah satu sektor usaha yang dibina adalah usaha perbengkelan sepeda motor dan perbaikan dinamo. LPB menilai usaha ini mempunyai prospek yang cerah karena sejalan dengan kebutuhan masyarakat di transportasi. Pembinaan yang diberikan kepada UKM bengkel antara lain pelatihan. Pelatihan ini mencakup aspek teknis untuk mengembangkan keahlian mereka sesuai perkembangan teknologi, dan aspek non teknis yaitu perbaikan terhadap manajemen dan bagaimana menumbuhkan etos kewirausahaan UKM dalam bisnis perbengkelan.

0 comments

Posted in , ,

Menikmati Legitnya Laba Martabak Sarang Semut




Rasanya sudah tak asing mencicipi martabak di lidah kita. Bundar, kecoklatan, dan rasanya yang legit menjadi ciri khas dari jajanan pasar ini. Jenisnya pun bermacam-macam tergantung variasi penjualnya, seperti martabak Bangka, martabak Bandung, bahkan martabak telur.

Satu lagi jenis martabak yang begitu unik hadir saat berlangsungnya pameran makanan Bogasari Expo 2009, yang berlangsung pada 20-22 November 2009, di Lapangan Aldiron , Pancoran, Jakarta. Dari berbaagai stand makanan yang hadir dalam pameran tersebut, Martabak Sarang Semut selalu ‘dikerubuni’ oleh para pengunjung.

Karena penasaran, Kompas.com mencoba mengunjungi stand tersebut. Meski sibuk membuat martabak, Cecep, salah satu pencetus ide Martabak Sarang Semut ini, bersedia untuk diwawancara. Cecep mengisahkan, awalnya ia dan para kawannya yang tergabung dalam IKKI Group mencari ide kreasi baru. Maklum, semuanya berkecimpung dalam dunia masak.

Pada Januari 2009, Martabak Sarang Semut diperjualbelikan. Dinamakan Sarang semut, ucap Cecep, karena saat memanggang adonannya berbentuk seperti sarang. Dengan 3 variasi rasa, yaitu martabak manis, martabak asin, dan martabak brownies, jajanan pasar ini begitu laris di pasaran.

“Awalnya, kami kesulitan untuk membuat martabak ini beda dari yang lain. Setelah melakukan berbagai uji coba, akhirnya kami berhasil menemukan inovasi baru, yaitu martabak tanpa ragi tapi lembut. Orang lain menggunakan ragi pada martabaknya, tapi kami tidak” jelas Cecep dalam pameran Bogasari Expo, Sabtu (21/11).

Di samping lembut, ia menjamin martabak Sarang Semut lebih sehat dari martabak lainnya. Selain tanpa ragi, gula yang digunakan sedikit. Untuk satu kilo gula saja, jelasnya, baru habis untuk 40 buah martabak, sehingga orang diabetes pun masih dapat menikmati martabak ini. “Martabaknya enak, mbak, beda dengan yang lainnya. Encer tapi lembut..., “ ucap salah satu pelanggan yang setia menunggu pesanannya.

Cecep mengaku, jajanan ini begitu laris manis. Selama 10 bulan, martabak hasil temuan IKKI Group ini telah menyebar ke seluruh propinsi (kecuali Medan dan Aceh) di Indonesia dengan 300 cabang. Di Jakarta sendiri sudah ada 20 cabang, yang kebanyakan terdapat di mal-mal. Di samping itu, martabak ini juga diekspor hingga ke pasar internasional, seperti Cina, Vietnam, dan Singapura.

Menurutnya, sistem pemasaran mulai dilakukan dari pameran ke pameran, seperti Bogasari Expo. Melihat bisnis ini laku di pasaran, IKKI Group mulai melakukan franchise seharga Rp. 18.000.000 dan hanya men-stock adonannya.

Sebanyak dua puluh kilogram adonan dapat habis dalam sehari. Sementara dalam sebulan dapat menghabiskan sekitar 2 ton itu. Satu kilo sendiri sama dengan 22 martabak. Harganya pun berbeda tergantung dari jenis dan variasinya,mulai Rp. 5.000 hingga Rp. 8.000.

Kenapa martabak? Meski banyak di pasaran, jajanan ini ujarnya, selalu ada pembeli. Pembelinya juga tak terbatas pada umur dan kalangan tertentu, sehingga siapa pun dapat membelinya. “ Martabak juga bisnis long lasting, kami tak mau bermain-main dan tak sekedar mencoba saja,” tambah Cecep.

Selain unik, ia menceritakan rahasia agar adonannya tetap lembut. “Kami selalu mengutamakan kualitas, rasa, dan teksturnya,” ucap Cecep. Untuk mendapatkan kualitas adonan yang bagus, ia tak mau menggunakan sembarang tepung. Untuk itu, ia menggunakan tepung terigu Bogasari. “Kami sudah menjadi mitra Bogasari sejak awal berbisnis,” ujarnya.

“Tak takut dengan persaingan, Pak?” tanya Kompas.com. Banyak yang mencoba mengikuti usaha martabak ini, ujarnya,namun di tengah jalan, tak jarang dari mereka yang berhenti. Menurutnya, ia sangat terbuka dengan persaingan yang ada. “Itu yang kami tunggu, jadi orang bisa melihat martabak siapa yang terbaik,” tegas Cecep dengan semangat.

Begitu banyaknya pembeli yang terus berdatangan, membuat semakin penasaran mencoba martabak Sarang Semut. Kompas.com memesan martabak Brownies coklat kacang dan Brownies coklat keju seharga Rp. 5.000 per buah. Mmmm... ternyata memang lembut dan enak. Sekali gigit, jadi ketagihan deh...

0 comments

Posted in , ,

Obati Diabetes dengan Obat Tradisional


Diabetes merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh semua orang. Banyak hal yang bisa memicu timbulnya penyakit ini. Sering makan makanan yang manis-manis adalah penyebab yang paling banyak diketahui oleh masyarakat umum seperti saya. Seperti yang kita ketahui semua, untuk mengobati diabetes atau yang sering dikenal oleh orang dengan sebutan kencing manis ini memang tidak bisa di obati. Yang bisa di lakukan oleh penderita adalah dengan mengatur pola makannya.

Namun, ada jalan keluar lain, yakni menggunakan OBAT TRADISIONAL untuk mengobati penyakit yang sering terjadi pada orang yang sudah berumur ini. Saya sendiri belum yakin apakah OBAT HERBAL bisa mengobati penyakit diabetes yang sampai saat ini dunia medis modern belum bisa untuk menemukan obatnya. Satu hal yang pasti tentang obat alami, yaitu tidak ada efek samping yang timbul jika pemakaian panjang dilakukan. Nah untuk diabetes, tanaman obat apa yang paling dianjurkan untuk di gunakan? Tapak dara adalah tanaman obat yang bisa anda gunakan untuk mengobati kencing manis.

Petani Plasma



Ratidjo memutuskan berhenti sebagai karyawan PT Tuwuh Agung Yogyakarta yang bergerak di bidang ekspor jamur merang ke Amerika tahun 1997. Ia ingin sepenuhnya dekat dengan petani sebagai penyedia bibit. Ratidjo paham benar, jika keadaan petani tidak membaik, terutama dari sisi pemasaran hasil produksi jamur, maka usaha pembibitan yang ia rintis tidak akan berjalan baik.

Sejak itulah lelaki asli Dusun Niron, Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta, ini berniat membuka rumah makan yang khusus menyediakan menu olahan jamur. ”Saya hanya ingin menyerap produksi jamur petani yang waktu itu sudah mencapai hitungan ton setiap hari,” tutur Ratidjo pada awal November 2009 di sela-sela padatnya pengunjung Warung Jejamuran miliknya.

Ide itulah yang menuntun Ratidjo membentuk plasma petani jamur di sekitar wilayah Sleman, terutama sekitar lereng selatan Gunung Merapi. Untuk menyediakan kecukupan bibit, di rumahnya Ratidjo membangun laboratorium untuk pengembangan dan pembibitan jamur.

Kini rumah makan dan laboratorium di atas tanah seluas 2.000 meter persegi itu telah mempekerjakan 110 karyawan. Bahkan, hasil bibit jamur Ratidjo sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia. Pencapaian terpenting lelaki yang terjun dalam dunia perjamuran sejak tahun 1968 ini adalah membentuk 50 plasma petani jamur.

”Sekarang seperti manufaktur, saya sediakan bibit, lalu petani membudidayakan, dan saya beli lagi untuk konsumsi lokal di warung. Jadi, kalau budidaya jamur terus bergairah, usaha pembibitan saya akan tetap jalan,” tutur Ratidjo.

Setelah adanya Warung Jejamuran, harga jamur di tingkat petani meningkat. Jika sebelumnya harga jamur tiram Rp 7.000 per kilogram, sekarang Ratidjo membelinya dari petani Rp 9.000 per kilogram. Dulu harga jamur merang Rp 12.000 per kilogram, kini dibeli seharga Rp 17.000 per kilogram. Jika toh terjadi kelebihan produksi, Ratidjo tetap menyerapnya untuk dijadikan olahan jamur kering atau disalurkan kepada pasar swalayan.

Warung Jejamuran yang berlokasi 800 meter ke arah utara dari pertigaan Beran Lor Km 10,5 Jalan Raya Yogyakarta-Magelang itu kini menjelma menjadi ujung tombak pemasaran produksi jamur petani. Setidaknya, dengan sistem kerja sama plasma, petani jamur tak perlu lagi merasa didikte oleh pasar. Ratidjo sejak awal memang bertekad membawa petani keluar dari lingkaran kemiskinan dengan cara membagi ilmu budidaya jamur. Sebuah upaya kecil, tetapi pasti akan sangat berarti di tengah gelimang kesulitan yang terus-menerus menerpa petani kita.

0 comments

Posted in , ,

Dukung Kegairahan Kaum Muda



Inovasi dan kemampuan menciptakan sesuatu yang baru menjadi kunci sukses menghadapi persaingan dan perubahan global. Oleh karena itu, keinginan dan kegairahan kaum muda di Asia Tenggara untuk berinovasi di segala bidang harus terus dikembangkan dan didukung.

Demikian salah satu kesimpulan Grand Master Catur Garry Kasparov, Milyuner AS Donald Trump, Pemusik Sir Bob Geldof, dan Direktur Pemasaran Fabebok Randi Zuckerberg pada Youth Engagement Summit (YES) 2009 di Kuala Lumpur, Malaysia, Selasa (17/11). Kegiatan ini diikuti lebih dari 1.000 kaum muda dari Malaysia, Singapura, Indonesia, Thailand, Filipina, Vietnam, Laos, dan Brunei.

Menurut Kasparov, setiap orang seharusnya tidak berhenti belajar dan berubah dalam menghadapi perubahan dan tantangan global dengan terus berinovasi di segala bidang.

”Tentu inovasi harus dilakukan dengan menghargai dan menghormati nilai-nilai kemanusiaan serta untuk menciptakan kondisi dunia yang lebih baik,” katanya.

Setiap orang, kata Kasparov, punya kesempatan yang sama untuk menjadi orang hebat. ”Yang penting kita mau memperbaiki kelemahan,” ujarnya.

Inovasi, menurut Randi Zuckerberg, juga kunci penting bagi pengembangan jejaring sosial Facebook. ”Inovasi dalam bisnis ataupun bidang apa saja harus disesuaikan dengan kebutuhan manusia saat itu,” ujarnya.

Melalui telekonferensi, pengusaha Donald Trump dari New York, AS, menjelaskan, selain kreatif dan bekerja keras, kaum muda harus sungguh-sungguh mencintai kegiatan dan pekerjaannya.

Fokus pada apa yang dikerjakan dan memiliki disiplin yang tinggi. Selain itu, Trump mengingatkan agar dalam menjalankan bisnis atau pekerjaan, kaum muda harus percaya dan mengikuti instingnya. ”Setiap orang memiliki insting yang baik,” ujarnya.

Adapun Bob Geldof menyarankan agar kaum muda tidak takut menyuarakan ide dan hak mereka, sekalipun harus berhadapan dengan penguasa. ”Kondisi di Asia jauh lebih baik di banding di Afrika. Kondisi ini harus dimanfaatkan kaum muda Asia untuk menuangkan ide dan berkarya menghadapi tantangan global,” kata Geldof.

Vice President Industrial Relations merangkap Pjs Senior General Manager Community Development Center PT Telekomunikasi Indonesia Tbk Wien Aswantoro Waluyo menegaskan, Telkom mendukung kaum muda Indonesia berinovasi dan menciptakan produk kreatif.

Kesempurnaan Finansial



Kemandirian finansial adalah kondisi yang memberikan rasa aman dari persoalan keuangan. Tingkatan yang lebih tinggi dari kemandirian finansial adalah kesempurnaan finansial.

Setidaknya, ada empat anak tangga yang mesti dilalui menuju puncak kemandirian finansial. Pertama, membebaskan logika dari pengaruh perasaan ketika mengambil keputusan di bidang keuangan. Kedua, memiliki penghasilan yang lebih besar daripada pengeluaran yang paling mendasar. Ketiga, kemampuan merencanakan keuangan dan mengimplementasikannya. Keempat, terbebas dari kebutuhan keuangan untuk membiayai hidup di saat tidak produktif lagi.

Apakah setelah keempat anak tangga tersebut berhasil dicapai, pasti akan memberikan rasa bahagia? Belum tentu. Kemandirian finansial baru sekadar kondisi yang memberikan rasa aman dari persoalan keuangan. Sedangkan rasa bahagia, kepuasan hidup, tidak semata-mata soal uang. Namun, pola pengelolaan uang itu sendiri sebenarnya memberikan pengaruh juga terhadap rasa puas dalam menjalani hidup.

Makna yang paling dasar dari uang adalah sebagai alat tukar, untuk kemudian seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Uang dan harta yang banyak adalah tujuan keuangan untuk mencapai tujuan hidup. Dan, itu bisa dicapai oleh siapa saja. Tetapi, banyak orang lupa bagaimana proses mencapainya.

Hasil yang baik mestinya dicapai berdasarkan proses yang baik. Ringkasnya, kemandirian finansial hanya akan berhenti pada tahap tersebut jika proses mencapai kemandirian itu tidak dilakukan dengan kaidah-kaidah yang semestinya. Artinya, jika proses menuju kemandirian finansial itu tidak dilakukan dengan cara yang membikin rasa aman, besar kemungkinan kemandirian finansial tersebut akan bersifat artifisial. Tidak hakiki.

Jangankan untuk mencapai tahap kesempurnaan finansial, bahkan mempertahankan kemandirian finansial sekalipun akan menjadi problema besar. Ini seperti kata pepatah, ”Dari zero kembali ke zero”. Ketika muda, seseorang bekerja keras dengan segala cara mencari uang, tetapi setelah tua, harta yang diperoleh akan habis dipakai untuk menyelesaikan segala problema yang dibuat ketika mencari harta.

Kalau situasinya seperti ini, kemandirian finansial yang diraih sebenarnya bersifat semu. Sebab, kemandirian finansial adalah ketika uang sudah tidak diperlukan lagi, sampai akhir hayat. Bukan cuma kondisi sesaat.

Prinsip

Lantas, bagaimana cara untuk bisa mencapai kesempurnaan finansial? Tidak sulit. Hanya dua prinsip. Pertama, proses menuju kemandirian finansial mesti dilakukan dengan cara dan kaidah yang layak. Sebutlah pada anak tangga yang pertama, dalam hal mendudukkan logika di atas perasaan. Ini merupakan proses yang tiada henti. Dalam semua hal menyangkut keuangan, jangan sekali-kali mencampurkan aspek perasaan dalam pengambilan keputusan.

Begitu juga pada anak tangga yang kedua, jangan pernah berpikir atau merasa tidak cukup sehingga pengeluaran menjadi lebih besar dibandingkan dengan pemasukan. Betapapun kecilnya penghasilan saat ini, harus disikapi dengan makna cukup. Bahwa ingin meningkatkan penghasilan adalah suatu keharusan. Tetapi, delta peningkatan penghasilan mesti lebih besar ketimbang peningkatan pengeluaran.

Lepas dari itu, yang paling penting adalah tata cara peningkatan penghasilan itu. Lakukan dengan perencanaan keuangan yang memiliki norma-norma. Bukan karena ingin mendapatkan mobil Mercedes S-Class, kemudian ”melacurkan” prinsip atau memerkosa kaidah tata krama hidup. Hal yang sama juga berlaku dalam investasi. Jangan menggunakan ”kendaraan” investasi spekulatif untuk meningkatkan kekayaan karena hasilnya akan artifisial.

Prinsip kedua adalah memaknai uang itu sendiri. Seperti apa? Uang adalah sekadar sarana untuk memberikan manfaat. Tujuan mencari uang sebanyak-banyaknya bukanlah demi uang, tetapi bagaimana agar uang itu bisa memberikan nilai tambah dalam kehidupan si pemilik uang, keluarga, sanak saudara, orang lain, dan siapa pun seluas-luasnya.

Jadi, kalau uang yang dimiliki belum memberikan kenyamanan hidup, berarti ada yang keliru dalam menafsirkan peran uang. Dan, kekeliruan itulah yang mesti diperbaiki. Misalnya, dengan mendefinisikan kembali bagaimana mestinya cara mencari uang. Dalam 24 jam sehari, hidup bukan hanya untuk uang, tetapi ada hal-hal dan kegiatan lain yang mesti dilakukan agar tidak menjadi ”budak” uang.

Selanjutnya, setelah uang diperoleh, peruntukannya mesti jelas. Tanpa peruntukan yang jelas, makna keberadaan uang menjadi sirna. Kesimpulannya, jika Anda ingin merasakan ”hidup yang lebih hidup”, tujuan keuangan bukan sekadar pada tahap mencapai kemandirian finansial, melainkan juga menuju kesempurnaan finansial, di mana uang memberikan manfaat bagi si pemilik dan orang lain. Selamat mencoba.

Limbah Kayu Yogyakarta Mejeng di Eropa



Kecanggihan teknologi komunikasi kini menjadi sarana penting dalam dunia usaha. Transaksi bisnis berlangsung di depan layar kaca. Cara itu yang dijalani Gatot Mujiyana (44), pemilik usaha Amarta Furniture di Jalan Wates Km 3,5 Ngepreh RT 01 /30 No 69, Kasihan, Bantul, Yogyakarta.

Ayah tiga anak ini nekat memilih keluar dari perusahaan furnitur tempatnya bekerja pada tahun 1994 dan berniat membuka usaha sendiri. Bekal pengalaman kerjanya itu yang membuatnya menjalani bisnis furnitur dan kerajinan tangan.

Alumnus Pascasarjana Universitas Islam Indonesia Yogyakarta itu lalu memanfaatkan jaringan internet untuk menjual produknya ke luar negeri. Itu dilakukan bukan karena pasar lokal tidak menjanjikan. Menurutnya, banyak negara di Eropa menyenangi hiasan atau furnitur yang terbuat dari kayu jati.

Yang menarik dari bisnis Ketua Umum Komunikasi Ketoprak Kabupaten Bantul (FKKKB) itu adalah pemanfaatan limbah kayu jati. "Saya memanfaatkan limbah kayu jati, seperti akar kayu jati yang dijadikan kursi, tiang lampu hias. tempat buah, bola, dan sebagainya," kata Gatot saat ditemui di kediamannya di Bantul, Yogyakarta, pekan lalu.

Modal awal Gatot hanya sekitar Rp 8 juta, yang digunakan untuk biaya merakit mesin pemotong. Harga barang buatannya yang dijualnya tergolong murah di pasaran luar negeri, namun kualitas tetap terjaga.

Dari bisnis itu, Gatot membawahi sekitar 300 tenaga pengrajin. Tetapi, enam tahun kemudian, bisnisnya ambruk. Pemicunya adalah bom Bali pada 2002. Kondisi itu tak membuat pria bertubuh tambun itu menghentikan produksinya. Hal itu yang, membuat usahanya perlahan bangkit hingga sekarang. Dalam sebulan, Gatot mengekspor tiga kontainer produk furniture dan kerajinan tangan yang senilai Rp 300 juta. "Profit yang saya peroleh minimal 25 persen," kata pria berjenggot itu.

Hampir semua produknya terpajang di Belgia, Jerman, Perancis, Inggris, dan Singapura, mulai dari rumah penduduk, perkantoran, sampai hotel berbintang.

Bisnis perkayuan juga dilakoni oleh Jumadi, pemilik Jatisae Handicraft Industries di Jalan Parangtritis Km 5, Bangunharjo, Bantul, Yogyakarta. Pria yang hanya lulusan STM jurusan pembangunan di Yogyakarta ini sukses memasarkan produk puzzle dari limbah kayu ke negara-negara di Eropa.

"Ada sekitar 156 model yang saya buat sejak tahun 1996 usaha ini dirintis. Sebagian besar model dari keinginan klien," kata Jumadi. Hanya saja, dia menjual produknya separuh ke luar negeri dan separuh lagi ke pasar lokal. Omsetnya saat ini sebesar Rp 75 juta per bulan.

Komitmen Delia, Gatot Mujiana, dan Jumadi dalam berbisnis hanya satu, yakni terus bersemangat dalam menjalani usaha. Sebab, dari semangat itu lah banyak jalan keluar diperoleh dalam perjalanan bisnisnya.

Omzet Rp 100 Juta dari Jus Mengkudu



Buah mengkudu yang banyak khasiat.
Bentuk buah mengkudu atau pace yang bopeng-bopeng memang tak menarik. Baunya pun sungguh tak sedap. Namun, sudah lama orang mengenal mengkudu sebagai buah berkhasiat mengobati berbagai penyakit, mulai penyakit ringan sampai penyakit berat macam kanker. Mengkudu juga dipercaya bisa membantu menurunkan berat badan.

Lantaran memiliki banyak khasiat itulah orang mengolah mengkudu menjadi berbagai produk, salah satunya adalah jus mengkudu. Usaha jus mengkudu terus bertumbuh seiring semakin banyaknya orang yang menyadari khasiat jus mengkudu.

Salah satu yang merasakan nikmatnya berbisnis jus mengkudu adalah Philipus P. Soekirno. Pengusaha yang berdiam di Jakarta ini menjual jus mengkudu merek Morinda.

Philipus terjun ke bisnis bisnis jus mengkudu setelah merasakan sendiri manfaat jus buah ini.

Pengusaha berusia 61 tahun ini pernah menderita gagal ginjal, lever bengkak, jantung koroner dan asam urat tinggi. Saat itu, harapan hidup Philipus sudah tipis. Atas saran keluarga, dia pun rajin mengonsumsi jus mengkudu. Hasilnya, penyakit Philipus berangsur sembuh. “Sekarang, saya hidup normal tanpa pantang makan apapun,” ujarnya.

Setelah sembuh, Philipus mempelajari cara mengolah mengkudu jadi minuman yang enak dikonsumsi. Buah mengkudu termasuk sulit diolah. Sebab, di atas buahnya terdapat lapisan lilin yang berbahaya. Apalagi buah ini memiliki banyak biji. “Untuk mengolah mengkudu butuh suhu ruangan kira-kira 10 derajat celcius agar tak banyak jamur dan bakteri yang berkembang,” ujarnya.

Setelah menguasai teknik pengolahan jus mengkudu, mulai 2007 Philipus memulai usahanya. Bermodal Rp 250 juta dari Kredit Usaha Rakyat (KUR), Philipus membeli peralatan mengolah mengkudu dan membuka outlet di Jakarta Pusat. Awalnya, dia hanya bisa mengolah 200 kg-500 kg mengkudu seminggu. Saat itu, omzetnya Rp 20 juta tiap bulannya.

Nyatanya bisnis Philipus berkembang pesat. Kini Philipus mampu mengolah 1 ton sampai 2 ton mengkudu per minggu. Dari situ, Philipus bisa mendapat omzet sekitar Rp 100 juta per bulan. “Penjualannya sangat bagus,” kata Philipus sumringah. Philipus mengaku bisa memperoleh margin 60 persen dari penjualan jus mengkudu.

Yuk, Ikut Global Entrepreneurs Week




Untuk kedua kalinya, British Council kembali mengajak para wirausaha muda Indonesia untuk mengikuti Global Entrepreneurs Week 2009 yang digelar secara serentak di seluruh dunia pada 16-22 November 2009. Indonesia sendiri menjadi salah satu dari 77 negara yang terlibat dan akan diselenggarakan di tiga tempat, Rasuna Epicentrum di Kuningan, Museum Bank Mandiri di Kota, dan Casa Grande Residence.

Global Entrepreneurs Week adalah pelatihan dan workshop bagi kaum muda yang ingin mengembangkan gagasan kreatifnya ke dalam kewirausahaan. Melalui GEW, British Council akan mendorong Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Indonesia di bidang kreatif, sosial, dan lingkungan hidup agar lebih inovatif dan mampu melakukan perencanaan bisnis.

“British Council mendukung Global Entrepreneurs Week ini, karena dapat membantu banyak wiraswasta keluar dari resesi global, hal ini terbukti mereka mampu keluar dari resesi global dan mampu mengembangkan solusi untuk daerah lokal,” ujar Country Director British Council Indonesia Keith Davies di , Jakarta, kemarin.

Media Relations Officer British Council Eka Wahyuni mengatakan, GEW akan menjadi ajang pertemuan kaum muda untuk berbagi gagasan baru dalam kewirausahaan. GEW akan menampilkan teknik-teknik presentasi dan berjejaring yang lebih kreatif dan efektif.
0 comments

Posted in , ,

Baju Muslim Anak Dengan Jilbab Topi


Lucu dan gemes banget memang kalau membeli pakaian untuk anak perempuan kita. Hal ini saya rasakan sendiri ketika membelikan Andini BUSANA MUSLIM yang akan di pakainya pas berkunjung ke rumah kakeknya. Saya membelikan dia BAJU MUSLIM lengkap dengan jilbab yang atasnya di isi topi gitu. Wah pokoknya lucu banget deh.

Saya sudah berkeliling lama banget di sebuah toko busana, dan saya akhirnya menemukan busana yang lucu untuk di pakai oleh Andini ketika akan berkunjung ke rumah kakeknya sabtu depan. Kerudung bawahnya berwarna hijau muda, dan untuk topinya bermotifkan kotak-kotak dengan warna dasar hijau juga, sedangkan untuk garis kotaknya di gunakan warna orange. Memang tidak begitu susah untuk menemukan busana lucu untuk Andini, di bandingkan untuk saya. Harga untuk baju muslim ini juga gak mahal amat, Cuma Rp.50.000. Dengan harga segitu saya sangat puas dengan baju muslim yang saya belikan untuk anak perempuan saya Andini.

Komunitas Djadoel, dari Hobi ke Bisnis



Dalam suatu mimpi, Yanuar Christianto (39) datang ke sebuah toko mainan. Secara fisik, bangunanya sama sekali tidak menarik. Berdebu dan kotor. Hal serupa juga tampak dari mainan yang dijual, layaknya dagangan yang tak kunjung laku.

Ketika mentari telah bersinar, tanpa menghiraukan mimpinya, ia berkeliling Jakarta dengan sepeda motornya. Arah mana yang ia tuju hasil dari bisikan hatinya. Berjalan dan terus berjalan, melewati Jalan Gajah Mada lalu ke Jalan Hayam Wuruk, dan terus menuju ke Utara. Sampai di suatu tempat, yang ia sendiri tidak tahu di mana, Yanuar kaget tak terkira. Saat ia memberhentikan motornya untuk istirahat, dan menoleh ke kiri, tampak olehnya toko mainan yang ada dalam mimpinya.

Masih dengan rasa tidak percaya, Yanuar mengayunkan langkah menuju toko tersebut. Belum sempat ia bersuara, matanya telah menangkap kardus lusuh berisi mainan-mainan. “Saya borong semuanya. Ini terjadi pada akhir tahun kemarin,” kata Yanuar, kolektor mainan, kepada Kompas.com dalam kesempatan Atraksi Kota Tua di Taman Fatahillah Jakarta, Minggu (15/11).

Yanuar adalah salah satu anggota Komunitas Djadoel, komunitas pencinta barang antik, yang berdiri pada Mei 2009. Ia mengaku laki-laki yang kesehariannya bekerja sebagai waitress di Kapal Pesiar berbendera Italia ini dari umur 5 tahun gemar mengumpulkan barang. Didukung pekerjaannya, koleksinya berasal dari banyak negara seperti Italia, Malta, Spanyol, Perancis, Inggris dan Jerman. “Kalau di jalan saya menemukan skrup atau baut, saya bawa pulang dan ditaruh dalam kotak korek api. Sampai banyak,” papar Yanuar.

Anggota komunitas lainnya, Muchlis Amir (57) juga mengumpulkan barang antik bermula dari hobi. Dari sekian banyak barang, ia memilih kalender untuk dikoleksi. Dalam perjalana waktu, kalender koleksinya yang mulai tahun 1940-1980 banyak dicari orang. "Mereka ingin tahu hari lahirnya kapan. Juga apakah bertepatan dengan hari besar (agama maupun nasional). Di kalender juga ada hari pasaranya,” ujar pensiunan pekerja swasta ini.

Lebih lanjut, anggota komunitas ini tidak sekadar mengumpulkan barang. Tetapi juga menjualnya, karena pasar untuk barang-barang antik cukup menjanjikan. Menurut Daniel Supriyono, Ketua Komunitas Djadoel, meski barang jadul, namun pemeblinya tidak hanya orang-orang berumur, tepai anak baru gede dan juga anak-anak kecil pun menjadi pasar. “Anak kecil suka pada mainan. ABG yang ingin bergaya jadul beli kaca mata berlensa gede. Sedangkan Kakek nenek (selain) nostalgia juga diberikan untuk cucunya untuk memperkenalkan barang pada zamannya” tutur Daniel yang juga wartawan Nova, kelompok Gramedia Majalah.

Baik Yanuar, Muchlis maupun Daniel sama-sama memahani jika sebagaian orang keberatan kalau barang antik mahal. Padahal hanya barang “bekas.” Menurut Daniel, mencari untung wajib hukumnya saat menjual barang koleksinya. Tapi perhitungan untung tersebut bukan sekadar nilai ekonomi tetapi perjuangan mendapatkannya dan nilai kesejarahannya. “Untung harus berlebih karena barangnya tidak selalu didapat. Mahal itu sebagai penghibur saat kami menyerahkan barang yang sulit didapat dan kami miliki,” tuturnya.

Orang-orang yang tergabung dalam komunitas Djadoel ini sebenarnya bisa dikatakan sudah mapan. Ada yang bekerja di perusahaan media, bengkel mobil, designer grafis dan ada juga di departemen keuangan. Selain itu tidak semua barang koleksi mereka dijual. "Laku syukur, gak ya gak apa-apa," ucap Daniel.

Masing-masing kolektor memilih barang tertentu untuk dikoleksi, seperti buku, iklan film, jam weker, (bungkus) rokok, kalender, mainan, fashion, perabotan rumah tangga, kacamat, kaset sampai ke aksesoris sepeda ontel. Kategori antik jika barang yang bersangkutan paling muda tahun 1980. Untuk harga, misalnya komik lokal Rp 20.000, gelas PRJ 1979 dihargai Rp 35.000, kacamata Rp 100.000 dan iklan film Rp 50.000. Adapun untuk mainan, sebagaimana dijual Yanuar mulai dari Rp 50.000 – Rp 200.000. “Yang saya koleksi sendiri, tahun 2007 saya beli mainan robot Jepang Rp 200.000. Setelah saya cek di internet ternyata sekarang harganya 1.000 dollar AS,” aku Yanuar.

Para kolektor ini tidak pernah menyangka hobinya mengumpulkan barang yang sebagian besar orang menganggapnya sampah ternyata memiliki nilai ekonomi. Lebih dari itu, ketekunan mereka membuat rantai sejarah bangsa terus turun dari generasi ke generasi. Setidaknya, mulai dari keluarga merekalah rantai itu diteruskan untuk memupuk rasa cinta dan bangga pada tanah air karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. “Anak saya, sering saya ajak ke museum dan galeri. Juga saya ajak untuk gemar membaca,” pungkas Yanuar.

0 comments

Posted in , ,