RSS

Limbah Kayu Jadi Puzzle Penghasil Laba



Tak semua mainan anak bersifat mendidik. Orang tua memang harus selektif memilih mainan yang tepat bagi si buah hati. Berbekal hal ini, Jumadi menciptakan puzzle sebagai mainan perangsang otak si kecil. Tak disangka, mainan ini laris sampai luar negeri.

Bisnis yang berkaitan dengan kebutuhan anak, termasuk mainan anak, jelas merupakan bisnis menjanjikan. Selama manusia masih berkembang biak di muka bumi ini, maka bisnis yang menyasar anak-anak sebagai konsumen tak akan pernah kehilangan pembeli. Sudah begitu, setiap anak pasti membutuhkan mainan.

Biasanya para orang tua tak keberatan keluar duit untuk membelikan mainan untuk sang buah hati. Bahkan, ayah bunda rela keluar duit banyak jika mainan tersebut bisa merangsang kecerdasan si kecil. Masalahnya, bukan perkara mudah mencari mainan anak yang mendidik. Beberapa jenis mainan malah membuat anak semakin konsumtif.

Bagi Jumadi, seorang pengusaha asal Bantul, Yogyakarta, kondisi tersebut adalah sebuah peluang bisnis. Dia pun membuat mainan puzzle sebagai salah satu mainan alternatif bagi anak. Tak disangka, puzzle berbahan kayu jati buatannya laris manis. Jumadi pun bisa meraup omzet ratusan juta rupiah saban bulannya.

Awalnya, Jumadi merupakan pengusaha mainan anak-anak dan barang rumah tangga dari tempurung kelapa. Waktu itu masih tahun 1991 dan umur Jumadi baru menginjak 36 tahun. Sayang, bisnis kerajinan tempurung kelapa Jumadi kurang berkembang.

Ia pun mencari peluang bisnis lain. Tapi lagi-lagi dia tertambat pada bisnis mainan anak. Muasalnya, tahun 1994 ia bertemu dengan Puji Santoso, yang ternyata gemar menciptakan puzzle kayu berbentuk bola. Darah bisnis Jumadi langsung berdenyut kencang melihat ide bisnis tersebut. Ia pun mengajak rekannya bergabung dalam perusahannya yang dinamakan Jatisae Handicraft.

Seiring berjalannya waktu, Jumadi ikut menciptakan kreasi berbagai puzzle. “Modalnya adalah ketekunan dan pantang menyerah untuk terus mencoba menciptakan model puzzle baru,” ujarnya.

Puzzle buatan Jumadi memang unik. Ada yang berbentuk bola, kubus, silinder, dan sebagainya. Semuanya terbuat dari bahan baku kayu limbah pabrik mebel di Semarang. “Setiap bulan saya butuh lima truk limbah kayu. Harga per truknya Rp 5 juta,” ujarnya.

Merambah alat musik

Di bengkel kerjanya, Jumadi dibantu 30 karyawan mengolah limbah kayu menjadi puzzle. “Ada sebelas tahapan membuatnya,” ujar Jumadi. Ada tahap pemotongan, pencetakan, pengamplasan, sampai tahap memperhalus serat kayu.

Saat ini Jumadi bisa membuat 156 jenis puzzle dengan kapasitas produksi 33.000 unit per bulan. Seluruh produksinya itu habis terjual. Harga puzzle-nya beragam mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 150.000 per unit, tergantung ukuran dan tingkat kesulitan membuatnya. “Omzet saya per bulan sekitar Rp 100 juta,” katanya. Dari omzet segitu, Jumadi mengaku menikmati margin sekitar 30 persen-35 persen.

Usaha puzzle milik Jumadi perlahan tapi pasti terus berkembang. Salah satu kiatnya, ia rajin mengikuti pameran dan festival di Jakarta maupun di kampung halamannya, Yogyakarta. Dengan cara ini, ia kerap mendapatkan pembeli dari luar kota dan luar negeri. Antara lain dari Bali, Surabaya, serta Singapura, Prancis, dan Malaysia. “Kebanyakan, pembeli dari Bali-lah yang menyalurkan puzzle saya ke negara-negara tersebut,” ujarnya kalem.

Sejak 2001, Jumadi berinovasi dengan membuat alat musik, seperti jimbe, gendang, dan alat musik suku aborigin, didgeridoo. “Bahan bakunya dari kayu mahoni di Blitar,” ujarnya. Dalam sebulan, alat musik bikinannya menyumbang omzet Rp 75 juta. “Purwacaraka juga kerap membeli alat musik dari saya,” pungkasnya ceria.
0 comments

Posted in , ,

Omzet Bengkel Syamsu pun Naik 4 Kali Lipat




Awalnya September 1999, Noor Syamsu Zauhar mendirikan Riser Service, sebuah bengkel dinamo dengan 1 karyawan di daerah Kabupaten Tabalong Kalimantan Selatan. Meski demikian, di bengkel yang berukuran 4 x 6 itu, Syamsu kerap menerima orderan dari perusahaan-perusahaan di wilayah itu.

Lazimnya para entrepeuneur kecil, keinginan Syamsu untuk untuk mengembangkan usahanya terkendala oleh faktor dana. Padahal dari potensi yang ada, ia yakin bisa meraup omzet yang lebih besar.

Keberuntungan ternyata tidak jauh dari Syamsu. Adalah Lembaga Pengembangan Bisnis (LPB) bentukan tim CSR Adaro, yang melihat potensi dari bengkel yang awalnya hanya beromzet Rp 5-6 juta perbulan itu. Melalui Lembaga Keuangan Mikro (LKM) Banua Bauntung yang dibentuk tim CSR Adaro, tahun 2006 Syamsu mendapatkan kucuran pinjaman lunak sebesar Rp 100 juta.

Begitu mendapatkan modal tersebut, Syamsu langsung menggunakannya untuk membangun bengkel baru di lokasi yang lebih strategis serta untuk menambah modal usaha.

Selain modal, LPB juga memberikan pelatihan untuk meningkatkan kualitas karyawan di bengkel milik Syamsu. Pelatihan yang diberikan diantaranya pelatihan administrasi sederhana dan studi banding ke dealer sepeda motor mitra LPB dan ke salah satu pabrik otomotif ternama.
Dengan lokasi yang baru dan keterampilan karyawan yang meningkat, omzet bengkel Syamsu kini naik 4 kali lipat, kini ia meraup omzet rata-rata Rp 20 juta per bulan.

Bahkan Syamsu kini memiliki 1 cabang bengkel dinamo di Tamiang Layang Kabupaten Barito Timur Kalimantan Tengah. Jumlah karyawan yang awalnya hanya 1 orang pun bertambah menjadi 7 orang.

LPB sendiri melakukan pembinaan terhadap usaha mikro kecil dan menengah yang ada di wilayah operasional Adaro yaitu di Kabupaten Tabalong dan Balangan. Salah satu sektor usaha yang dibina adalah usaha perbengkelan sepeda motor dan perbaikan dinamo. LPB menilai usaha ini mempunyai prospek yang cerah karena sejalan dengan kebutuhan masyarakat di transportasi. Pembinaan yang diberikan kepada UKM bengkel antara lain pelatihan. Pelatihan ini mencakup aspek teknis untuk mengembangkan keahlian mereka sesuai perkembangan teknologi, dan aspek non teknis yaitu perbaikan terhadap manajemen dan bagaimana menumbuhkan etos kewirausahaan UKM dalam bisnis perbengkelan.

0 comments

Posted in , ,

Menikmati Legitnya Laba Martabak Sarang Semut




Rasanya sudah tak asing mencicipi martabak di lidah kita. Bundar, kecoklatan, dan rasanya yang legit menjadi ciri khas dari jajanan pasar ini. Jenisnya pun bermacam-macam tergantung variasi penjualnya, seperti martabak Bangka, martabak Bandung, bahkan martabak telur.

Satu lagi jenis martabak yang begitu unik hadir saat berlangsungnya pameran makanan Bogasari Expo 2009, yang berlangsung pada 20-22 November 2009, di Lapangan Aldiron , Pancoran, Jakarta. Dari berbaagai stand makanan yang hadir dalam pameran tersebut, Martabak Sarang Semut selalu ‘dikerubuni’ oleh para pengunjung.

Karena penasaran, Kompas.com mencoba mengunjungi stand tersebut. Meski sibuk membuat martabak, Cecep, salah satu pencetus ide Martabak Sarang Semut ini, bersedia untuk diwawancara. Cecep mengisahkan, awalnya ia dan para kawannya yang tergabung dalam IKKI Group mencari ide kreasi baru. Maklum, semuanya berkecimpung dalam dunia masak.

Pada Januari 2009, Martabak Sarang Semut diperjualbelikan. Dinamakan Sarang semut, ucap Cecep, karena saat memanggang adonannya berbentuk seperti sarang. Dengan 3 variasi rasa, yaitu martabak manis, martabak asin, dan martabak brownies, jajanan pasar ini begitu laris di pasaran.

“Awalnya, kami kesulitan untuk membuat martabak ini beda dari yang lain. Setelah melakukan berbagai uji coba, akhirnya kami berhasil menemukan inovasi baru, yaitu martabak tanpa ragi tapi lembut. Orang lain menggunakan ragi pada martabaknya, tapi kami tidak” jelas Cecep dalam pameran Bogasari Expo, Sabtu (21/11).

Di samping lembut, ia menjamin martabak Sarang Semut lebih sehat dari martabak lainnya. Selain tanpa ragi, gula yang digunakan sedikit. Untuk satu kilo gula saja, jelasnya, baru habis untuk 40 buah martabak, sehingga orang diabetes pun masih dapat menikmati martabak ini. “Martabaknya enak, mbak, beda dengan yang lainnya. Encer tapi lembut..., “ ucap salah satu pelanggan yang setia menunggu pesanannya.

Cecep mengaku, jajanan ini begitu laris manis. Selama 10 bulan, martabak hasil temuan IKKI Group ini telah menyebar ke seluruh propinsi (kecuali Medan dan Aceh) di Indonesia dengan 300 cabang. Di Jakarta sendiri sudah ada 20 cabang, yang kebanyakan terdapat di mal-mal. Di samping itu, martabak ini juga diekspor hingga ke pasar internasional, seperti Cina, Vietnam, dan Singapura.

Menurutnya, sistem pemasaran mulai dilakukan dari pameran ke pameran, seperti Bogasari Expo. Melihat bisnis ini laku di pasaran, IKKI Group mulai melakukan franchise seharga Rp. 18.000.000 dan hanya men-stock adonannya.

Sebanyak dua puluh kilogram adonan dapat habis dalam sehari. Sementara dalam sebulan dapat menghabiskan sekitar 2 ton itu. Satu kilo sendiri sama dengan 22 martabak. Harganya pun berbeda tergantung dari jenis dan variasinya,mulai Rp. 5.000 hingga Rp. 8.000.

Kenapa martabak? Meski banyak di pasaran, jajanan ini ujarnya, selalu ada pembeli. Pembelinya juga tak terbatas pada umur dan kalangan tertentu, sehingga siapa pun dapat membelinya. “ Martabak juga bisnis long lasting, kami tak mau bermain-main dan tak sekedar mencoba saja,” tambah Cecep.

Selain unik, ia menceritakan rahasia agar adonannya tetap lembut. “Kami selalu mengutamakan kualitas, rasa, dan teksturnya,” ucap Cecep. Untuk mendapatkan kualitas adonan yang bagus, ia tak mau menggunakan sembarang tepung. Untuk itu, ia menggunakan tepung terigu Bogasari. “Kami sudah menjadi mitra Bogasari sejak awal berbisnis,” ujarnya.

“Tak takut dengan persaingan, Pak?” tanya Kompas.com. Banyak yang mencoba mengikuti usaha martabak ini, ujarnya,namun di tengah jalan, tak jarang dari mereka yang berhenti. Menurutnya, ia sangat terbuka dengan persaingan yang ada. “Itu yang kami tunggu, jadi orang bisa melihat martabak siapa yang terbaik,” tegas Cecep dengan semangat.

Begitu banyaknya pembeli yang terus berdatangan, membuat semakin penasaran mencoba martabak Sarang Semut. Kompas.com memesan martabak Brownies coklat kacang dan Brownies coklat keju seharga Rp. 5.000 per buah. Mmmm... ternyata memang lembut dan enak. Sekali gigit, jadi ketagihan deh...

0 comments

Posted in , ,

Obati Diabetes dengan Obat Tradisional


Diabetes merupakan penyakit yang sangat ditakuti oleh semua orang. Banyak hal yang bisa memicu timbulnya penyakit ini. Sering makan makanan yang manis-manis adalah penyebab yang paling banyak diketahui oleh masyarakat umum seperti saya. Seperti yang kita ketahui semua, untuk mengobati diabetes atau yang sering dikenal oleh orang dengan sebutan kencing manis ini memang tidak bisa di obati. Yang bisa di lakukan oleh penderita adalah dengan mengatur pola makannya.

Namun, ada jalan keluar lain, yakni menggunakan OBAT TRADISIONAL untuk mengobati penyakit yang sering terjadi pada orang yang sudah berumur ini. Saya sendiri belum yakin apakah OBAT HERBAL bisa mengobati penyakit diabetes yang sampai saat ini dunia medis modern belum bisa untuk menemukan obatnya. Satu hal yang pasti tentang obat alami, yaitu tidak ada efek samping yang timbul jika pemakaian panjang dilakukan. Nah untuk diabetes, tanaman obat apa yang paling dianjurkan untuk di gunakan? Tapak dara adalah tanaman obat yang bisa anda gunakan untuk mengobati kencing manis.

Petani Plasma



Ratidjo memutuskan berhenti sebagai karyawan PT Tuwuh Agung Yogyakarta yang bergerak di bidang ekspor jamur merang ke Amerika tahun 1997. Ia ingin sepenuhnya dekat dengan petani sebagai penyedia bibit. Ratidjo paham benar, jika keadaan petani tidak membaik, terutama dari sisi pemasaran hasil produksi jamur, maka usaha pembibitan yang ia rintis tidak akan berjalan baik.

Sejak itulah lelaki asli Dusun Niron, Pendowoharjo, Sleman, Yogyakarta, ini berniat membuka rumah makan yang khusus menyediakan menu olahan jamur. ”Saya hanya ingin menyerap produksi jamur petani yang waktu itu sudah mencapai hitungan ton setiap hari,” tutur Ratidjo pada awal November 2009 di sela-sela padatnya pengunjung Warung Jejamuran miliknya.

Ide itulah yang menuntun Ratidjo membentuk plasma petani jamur di sekitar wilayah Sleman, terutama sekitar lereng selatan Gunung Merapi. Untuk menyediakan kecukupan bibit, di rumahnya Ratidjo membangun laboratorium untuk pengembangan dan pembibitan jamur.

Kini rumah makan dan laboratorium di atas tanah seluas 2.000 meter persegi itu telah mempekerjakan 110 karyawan. Bahkan, hasil bibit jamur Ratidjo sudah didistribusikan ke seluruh Indonesia. Pencapaian terpenting lelaki yang terjun dalam dunia perjamuran sejak tahun 1968 ini adalah membentuk 50 plasma petani jamur.

”Sekarang seperti manufaktur, saya sediakan bibit, lalu petani membudidayakan, dan saya beli lagi untuk konsumsi lokal di warung. Jadi, kalau budidaya jamur terus bergairah, usaha pembibitan saya akan tetap jalan,” tutur Ratidjo.

Setelah adanya Warung Jejamuran, harga jamur di tingkat petani meningkat. Jika sebelumnya harga jamur tiram Rp 7.000 per kilogram, sekarang Ratidjo membelinya dari petani Rp 9.000 per kilogram. Dulu harga jamur merang Rp 12.000 per kilogram, kini dibeli seharga Rp 17.000 per kilogram. Jika toh terjadi kelebihan produksi, Ratidjo tetap menyerapnya untuk dijadikan olahan jamur kering atau disalurkan kepada pasar swalayan.

Warung Jejamuran yang berlokasi 800 meter ke arah utara dari pertigaan Beran Lor Km 10,5 Jalan Raya Yogyakarta-Magelang itu kini menjelma menjadi ujung tombak pemasaran produksi jamur petani. Setidaknya, dengan sistem kerja sama plasma, petani jamur tak perlu lagi merasa didikte oleh pasar. Ratidjo sejak awal memang bertekad membawa petani keluar dari lingkaran kemiskinan dengan cara membagi ilmu budidaya jamur. Sebuah upaya kecil, tetapi pasti akan sangat berarti di tengah gelimang kesulitan yang terus-menerus menerpa petani kita.

0 comments

Posted in , ,