RSS

Menggigit Laba Empuk Bisnis Donat



Tidak bisa dipungkiri, kue donat telah menjadi jajanan favorit banyak orang. Pebisnis yang terjun ke usaha donat pun sudah tak terhitung. Ada yang membuka gerai di mal, ada pula yang memilih menjajakan donat di warung-warung.

Toh, peluang untuk berbisnis kue yang lazim menjadi teman minum kopi ini masih terbuka lebar. Hasan Sarbini, pria asal Yogyakarta yang berbisnis donat dengan label Da’im Donat, telah membuktikan hal ini.

Hasan mulai berjualan donat sejak 1996. Hasilnya? Kini, ia sudah memiliki tiga gerai. Ini bukti bahwa ia sudah mempunyai pelanggan. Omzetnya juga tergolong besar untuk ukuran pebisnis donat lokal. “Omzet di outlet yang saya kelola Rp 90 juta per bulan,” ujarnya bangga.

Keuntungan Hasan mencapai 60%. Ini sudah menghitung berbagai biaya, termasuk ongkos bahan baku, gaji pekerja, dan sewa tempat.

Kesuksesan ini merupakan buah upaya Hasan yang selalu menjaga mutu donatnya. “Donat buatan saya pasti halal, serta bebas pengawet dan bahan kimia berbahaya,” beber Hasan sembari berpromosi.

Empat tipe kemitraan
Nah, lantaran banyak orang yang berminat ikut mencicipi laba bisnisnya, sejak dua bulan lalu, Hasan menawarkan kemitraan usaha. Ia menawarkan empat jenis kemitraan.

Jenis yang pertama adalah tipe Drive Thru. Tipe ini mengharuskan calon investor menyetor investasi Rp 15 juta hingga Rp 25 juta. Calon mitra harus punya lokasi usaha yang berada di tepi jalan yang lumayan besar, dengan luas 1,5 x 5,5 meter.

Kedua, kedai berbentuk Cafe. Untuk tipe ini, investasinya antara Rp 65 juta hingga Rp 85 juta. Mitra tipe ini bisa melakukan pembuatan donat dengan konsep open kitchen.

Ketiga, tipe Drive Cafe yang pada dasarnya merupakan penggabungan dua tipe sebelumnya tadi. Investasi awalnya berkisar antara Rp 73 juta hingga Rp 95 juta.

Keempat, tipe pabrik. Jika memilih tipe kemitraan ini, calon mitra harus menyiapkan investasi awal antara Rp 116 juta hingga Rp 155 juta. Mitra tipe ini mendapat lisensi untuk memproduksi sekaligus mendistribusikan semua produk Da’im Donuts ke seluruh mitra yang berada di wilayahnya. Di pabrik ini, mitra menjadi penyedia semua produk yang tidak bisa diproduksi oleh mitra tipe lainnya. Misalnya saja produk muffin, roti manis, burger, roti tawar, dan sejenisnya yang tidak boleh diproduksi oleh mitra tipe lainnya. “Khusus jenis pabrik hanya diperbolehkan satu di satu kota kecuali kota besar semisal Jakarta,” jelas Hasan.

Luas pabrik itu minimal 6 x 10 meter. Syarat lainnya, mitra harus juga sekaligus membangun Drive Cafe Da’im Donuts.

Lama ikatan semua kerjasama tersebut adalah lima tahun. Dengan menyetor investasi awal, masing-masing mitra akan mendapatkan booth atau kedai, peralatan lengkap, plus desain interior, dan perlengkapan produksi donat. Selain itu, mitra juga mendapat pelatihan karyawan, training produk, konsultasi operasional, sampai survei dan evaluasi lokasi.

Mitra bisa menjual donat dan menu Da’im seharga Rp 1.000 - Rp 6.000. Namun, setelah beroperasi, mitra mesti menyetor royalti 30% dari laba bersih. “Tetapi, royalti tidak akan dikutip bila mitra tidak untung,” jelas Hasan.

Hasan menjanjikan, mitranya bisa balik modal dalam 1,5 sampai 2 tahun. Asumsinya, untuk tipe pabrik, minimal omzetnya mesti Rp 45 juta - Rp 55 juta per bulan.

Penyedia Aksesori dan Peralatan Hewan Peliharaan



Mulai awal tahun 1990-an, muncul fenomena baru dimana para pemilik hewan menginginkan piaraannya tampil modis seperti sang tuan. Mereka memakaikan sepatu, pakaian, celana, topi, hingga menyediakan rumah khusus bagi piaraan tersebut.

Meluasnya perhatian terhadap binatang peliharaan membuat mereka berkumpul dan membentuk komunitas. Coba saja cari komunitas pecinta binatang di mesin pencari Google. Setidaknya ada 114.000 komunitas yang bisa Anda temukan. Mereka aktif mengadakan berbagai pertemuan untuk bertukar cerita tentang binatang peliharaan. Tak jarang mereka mengadakan kontes untuk memamerkan kecantikan dan ketampanan si hewan peliharaan dengan dandanan yang unik.

Fenomena tersebut memunculkan peluang tumbuhnya bisnis baru: bisnis penyediaan aksesori dan peralatan hewan peliharaan. Biasanya, dagangan yang dipajang di sejumlah toko hewan (pet shop) adalah barang-barang impor yang harganya cukup mahal. Ini menjadi masalah bagi pecinta binatang yang isi dompetnya pas-pasan.

Untuk menggaet pelanggan lebih banyak, para pemilik toko hewan mencari pemasok peralatan hewan asal lokal. Salah satu pemain bisnis ini adalah Henoch Adinugraha dan Novita Kurniawati. Pasangan suami istri asal Malang ini memang memiliki anjing peliharaan. “Istri saya melihat kasur untuk anjing di film-film, kemudian tertarik membuatnya,” kenang Henoch.

Kebetulan Novita adalah seorang penjahit. Ia pun mencoba membuat kasur untuk anjingnya. Ternyata, ada kolega Henoch dan Novita yang tertarik dan memesan kasur tersebut. Melihat peluang ini, Henoch meminta Novita membuat banyak kasur anjing, lalu menawarkan ke sejumlah pet shop yang ada di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya, dan Bandung.

Kasur untuk si doggy dan si pus-pus buatan Henoch itu berhias gambar karakter kartun, seperti Doraemon, Piglet, Leopard, dan Dalmatian. Kasur-kasur tersebut laris manis. Untuk menambah produksi, Henoch dan Novita merekrut tujuh orang karyawan.

Ketika memulai usaha tersebut, Henoch hanya berbekal duit Rp 500.000. Kini, usahanya sudah berkembang pesat. Saban bulan omzet-nya bisa mencapai Rp 20 juta. Margin keuntungannya terbilang besar, yaitu 40%. Usaha yang baru berjalan delapan bulan itu pun sudah balik modal.

Selain menawarkan produk ke pet shop, Henoch juga menjual lewat internet. Ia bergabung jadi anggota forum jual-beli online di Kaskus. Belakangan pesanan dari anggota komunitas internet justru lebih banyak ketimbang permintaan dari toko hewan. Maklum, kasur anjing yang dijual lewat forum internet harganya lebih murah karena dibeli langsung dari produsen.

Harga kasur untuk kucing dan anjing buatan Henoch berkisar Rp 70.000 hingga Rp 135.000. Rata-rata setiap bulan pesanan kasur mencapai 500 buah. Oh, iya, Henoch menawarkan empat model kasur: oval, cozy cave, kotak, dan bulat. Kasur yang paling diminati adalah kasur model oval dan bulat dengan harga antara Rp 70.000 hingga Rp 110.000.

Kandang anjing besar
Selain kasur, di pasaran juga bisa kita temukan kandang anjing yang unik. Salah satu pemasok kandang anjing, khususnya untuk anjing jenis besar, adalah Teo Djong. Pemilik merek dagang Decoplast ini sengaja membuat kandang untuk anjing jenis herder, rottweiler, pitbull, dan dobberman.

Teo memulai usaha sejak tahun 1990-an saat usaha toko hewan tengah booming. Waktu itu ia menanam modal sebesar Rp 10 juta. Padahal tadinya, uang tersebut akan ia gunakan untuk membuka bengkel.

Teo sempat jatuh bangun karena rumah anjing buatannya tidak terjual. Maklum, waktu itu ia belum memiliki jaringan pemasaran yang memadai. Tetapi, akhirnya, dia menjadi pemasok ke beberapa pet shop yang ada di Jakarta.

Usahanya mulai terlihat cerah ketika kerusuhan massal terjadi di tahun 1998. Ketika itu, rumah-rumah mewah di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) Jakarta Utara menjadi korban pembakaran oleh massa yang kalap. Tetapi, rumah-rumah yang dijaga anjing besar, seperti jenis rottweiler, lolos dari amukan massa.

Sejak saat itu banyak orang mulai memelihara anjing besar. “Ini membuat pet shop gencar memesan kandang untuk jenis anjing besar,” kenang Teo.

Di awal tahun 2000, Teo memberanikan diri menempelkan merek Decoplast pada produknya. Ia pun mulai gencar berpromosi dan merekrut dua orang pekerja untuk membantunya. Meski begitu, Teo tetap menjaga hubungan baik dengan pet shop dan masih memenuhi order mereka.

Kandang anjing buatan Teo dijual seharga Rp 2 juta per unit. Kandang tersebut biasanya berukuran 1,5 x 1 x 1,3 meter. Saban bulan Teo bisa mengantongi omzet minimal Rp 30 juta dengan margin keuntungan 45%. Ia bilang, permintaan kandang anjing besar bisa mencapai 20 unit sebulan.

Teo mengklaim, kandang buatannya punya daya tahan 3 - 4 tahun karena terbuat dari besi baja dan besi siku. “Inilah keunggulan buatan kami dibanding kandang aluminium yang bisa rusak hanya dalam waktu 3 bulan,” paparnya.

Baju ala superhero
Selain pembuat kasur dan kandang, ada juga pemasok pakaian binatang peliharaan. Salah satunya Yudianto. Pria yang memulai usahanya sejak 6 bulan lalu itu kini mampu meraup omzet Rp 4 juta per bulan dengan margin keuntungan 30%.

Semula ia hanya iseng saja membuat pakaian anjing yang unik, seperti kostum Superman. Tidak disangka, respons pasar cukup bagus. Permintaan mulai mengalir dari pemilik toko hewan, pemilik anjing, dan kucing. Harga pakaian hewan bikinan Yudi mulai dari Rp 50.000 sampai Rp 155.000.

Pemain lain adalah Agustine Sally. Ia sering mengikutsertakan anjingnya dalam kontes dan sering menjadi juara. “Dari situ, ada permintaan membuat pakaian anjing,” jelasnya.

Sejak tahun 2004, Sally dan tiga orang rekannya memasarkan pakaian anjing. Hasilnya lumayan. Makanya, mulai tahun 2008, Sally yang masih berstatus mahasiswi ini mantap memproduksi pakaian hewan dengan label Butik Doggy.

Sally kini dibantu empat orang penjahit untuk memproduksi 500 potong pakaian anjing dalam sebulan. Harga rata-rata pakaian tersebut Rp 30.000 - Rp 75.000 per potong. Selain di pasar lokal, produknya sudah menembus pasar Singapura dan Jepang. Sally boleh bangga, omzet usahanya saat ini mencapai Rp 15 juta-Rp 37,5 juta sebulan dengan keuntungan 40%.

Ternyata, sayang dengan binatang bisa mendatangkan rezeki, ya.

Pilih Waralaba atau Usaha Sendiri?




Soto Mie Leo Dozan, Kebab Baba Rafi, Sinar Garut, Bengawan Solo Coffee.... Hm, bisnis food & beverage rasanya memang tidak pernah sepi. Anda pun jadi tertarik untuk memulai usaha sendiri di bidang ini. Tetapi mungkin Anda masih bingung antara merintis usaha sendiri, atau membeli franchise (waralaba) dari usaha yang sudah ada dan cukup dikenal (seperti singkong keju, donat kentang, jagung manis, dan lainnya).

Sebetulnya mana yang lebih menguntungkan dan aman bagi pemula di bidang wirausaha, merintis usaha sendiri atau membeli franchise? Jika membeli franchise dapat dikatakan aman, apa saja yang harus dipelajari, dipersiapkan, dan dilakukan? Sebaliknya, jika lebih aman merintis usaha sendiri, sebaiknya apa yang harus kita persiapkan dan lakukan terlebih dulu? Apakah modal sebanyak Rp 20 juta cukup untuk membuka usaha makanan kecil? Dari jumlah modal awal itu, berapa kira-kira uang yang sebaiknya kita putar, dan berapa jumlah uang yang harus disimpan sebagai cadangan modal?

Memulai suatu usaha selalu dirasakan berat bagi semua orang, apalagi bagi mereka yang belum pernah melakukan atau berbisnis sebelumnya. Itulah sebabnya banyak orang yang kemudian mengambil jalan pintas dengan membeli franchise, dengan harapan tidak terlalu berat dan menakutkan dibandingkan memulai usaha sendiri. Sebenarnya, terdapat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing usaha ini.

Satu hal pertama yang sering dilupakan oleh banyak pebisnis pemula adalah “membeli franchise” tetap sama dengan apabila kita memulai bisnis sendiri. Banyak orang beranggapan, membeli franchise adalah jaminan bahwa uangnya aman dan bisnis akan tetap berjalan. Kenyataannya tidak demikian. Banyak yang terjadi, terutama di Indonesia, pada masa-masa euphoria franchise sekitar 3-4 tahun yang lalu, dimana usaha yang di-franchise-kan dahulu kini sudah tidak ada lagi usahanya. Atau, apabila masih ada pun hanya tinggal 1 atau 2 toko saja. Lebih parahnya lagi adalah, ada beberapa usaha yang di-franchise-kan justru kantor pusat alias franchisor-nya yang malah sudah tutup alias gulung tikar. Oleh sebab itu, berhati-hatilah. Itu sebabnya Asosiasi Franchise Indonesia atau AFI menerapkan aturan yang ketat bagi anggotanya.

Yang harus selalu diingat dan diperhatikan pula, stigma membeli franchise lebih aman daripada memulai usaha sendiri dengan cara dan merek sendiri, tidak sepenuhnya benar, khususnya di Indonesia. Seperti yang sudah diungkapkan di atas, franchise tetaplah merupakan sebuah bisnis atau usaha yang juga memiliki risiko dan harus dilakukan dengan serius dan benar.

Apabila kita mengacu kepada proses standardisasi franchise di luar negeri, seorang franchisee (pembeli franchise) haruslah melalui proses menunggu atau waiting list, melakukan interview (wawancara) berkali-kali, sampai franchisor-nya yakin, orang tersebut layak untuk mendapatkan franchise yang diinginkan. Belum lagi memperhitungkan lokasi untuk tempat usaha ,yang menjadi salah satu ukuran terpenting suksesnya sebuah franchise.

Seluruh proses yang dilakukan oleh sebuah perusahaan yang di-franchise-kan sebenarnya harus dilakukan oleh usaha mana pun yang meliputi pemasaran produk, keunggulan produk, lokasi penjualan, dan lain-lain. Hanya saja, banyak dari pebisnis pemula yang tidak mau atau tidak mengerti dalam melakukan persiapan awal sebuah usaha sebelum memulai usahanya itu.

Akan tetapi, kendati proses ini sudah dijalankan, proses menjalankan sebuah usaha tetap harus dilakukan dan diawasi dengan ketat, layaknya usaha yang dilakukan tanpa franchise. Hal-hal yang diharus tetap dijaga antara lain: kualitas barang dagangan, standar layanan, standar kebersihan (untuk usaha restoran atau usaha lainnya yang memerlukan tingkat kebersihan yang tinggi), dan lain sebagainya.

Lalu, apa saja kelebihan dan kekurangan dari memilih franchise dibandingkan memulai usaha dengan merek sendiri?

Pertama, yang bisa diharapkan dari sebuah franchise adalah “branding” alias nama besar yang sudah disandang oleh franchisor. Dengan nama besar yang sudah disandang oleh franchisor, diharapkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap produk ataupun jasa yang diberikan sudah sangat tinggi. Sehingga, dapat dikatakan begitu buka toko sudah ada pembeli yang mengantri untuk masuk dan membeli dagangan Anda. Oleh sebab itu, hindari perusahaan yang di-franchise-kan yang belum mempunyai nama, baik itu nama bisnis atau usahanya, ataupun nama pemiliknya yang sudah dikenal masyarakat.

Kedua, untuk bisnis makanan, pastikan resep atau rasa yang sudah digemari oleh orang (khalayak ramai) dan teruji. Diharapkan ketika membuka toko itu, masyarakat sudah familiar dengan nama dan rasa dari makanan yang Anda jajakan, sehingga mereka tidak takut untuk mencoba. Banyaknya orang yang masuk ke toko akan meningkatkan penjualan, yang ujung-ujungnya akan meningkatkan pendapatan dan keuntungan. Oleh sebab itu, carilah franchise dimana rasa makanan yang ditawarkan sesuai dengan lidah kebanyakan orang.

Keuntungan terakhir yang bisa didapatan dari sebuah franchise adalah sistem kerja yang sudah standar atau sama dari satu toko ke toko lain. Sistem kerja yang sudah standar ini akan memudahkan karyawan Anda untuk melakukan pekerjaan dan memudahkan Anda sebagai pemilik usaha untuk melakukan kontrol terhadap kerja karyawan, karena sudah jelas tolak ukurnya.

Yang harus dipersiapkan sebelum memulai usaha:
1. Pastikan Anda sudah memiliki dana darurat keluarga yang besarnya tergantung banyaknya tanggungan keluarga Anda. Pastikan pula dana investasi untuk usaha ini tidak akan mengganggu keuangan keluarga Anda (dianggap uang investasi yang hilang).
2. Besaran dana investasi (secara nominal) akan tergantung dari jenis usaha dan skala usaha yang ingin dilakukan. Sebaiknya, mulailah dengan yang kecil dulu, setelah berhasil usahanya barulah bisa dibesarkan lagi.
3. Selain dana investasi untuk sewa, peralatan, dan perlengkapan, yang juga harus dipersiapkan adalah dana untuk perputaran. Idealnya, untuk usaha makanan diperlukan dana sekitar tiga bulan cadangan untuk diputarkan atau dikenal dengan modal kerja. Akan tetapi, agar lebih aman, Anda bisa mempersiapkan sampai dengan 6 bulan modal kerja. Yang harus selalu diperhatikan adalah jika Anda memiliki bujet investasi usaha sebesar Rp 20 juta (di luar modal kerja). Jangan menggunakan seluruh modal untuk investasi, tetapi pergunakan sebagian saja, sehingga ada kelebihan dana cadangan apabila dibutuhan.

Selamat berwirausaha!

Narasumber: Aidil Akbar Madjid, MBA, RFC, perencana keuangan dari International Association of Registered Financial Consultant (IRAFC) Indonesia.

Membangun Bisnis Mini Resto




Belakangan ini banyak sekali bermunculan mini resto alias restoran skala kecil. Sebenarnya tren ini tidak lepas dari makin meningkatnya gaya hidup masyarakat. Jadi, buat Anda yang berminat menekuni bisnis ini, peluang masih cukup terbuka. Baik membuka mini resto sendiri atau dengan membeli sebuah waralaba, pilihan ada di tangan Anda. Semua ada kelebihan dan kekurangannya.

Harus enak
Karena bisnis ini restoran mini, tentu Anda tak membutuhkan tempat luas. Ruko kecil, gerai mini di pusat perbelanjaan, garasi, atau pun halaman rumah, bisa disulap menjadi tempat usaha. Nah, untuk lokasi, ada satu hal yang perlu Anda perhitungkan, yaitu lokasi harus cukup strategis. Meski berada di pusat perbelanjaan, jika lokasinya kurang menguntungkan tentu akan sepi pengunjung.

Yang juga perlu diingat, apa pun bentuk mini resto, Anda perlu tahu kebutuhan konsumen, yaitu makanan yang enak di lidah. Jika rasa dari makanan yang disajikan biasa, kemungkinan besar pengunjung hanya akan datang sekali saja. Ehm... agak susah, ya? Begitu lah bisnis makanan. Jika terasa kurang sedap, usaha Anda bisa tidak laku.

Setidaknya, Anda punya 2-3 menu andalan atau khas. Akan lebih menarik jika setiap periode tertentu Anda memperkenalkan menu baru dan kemudian mempromosikannya. Ini bisa membuat para tamu makin penasaran berkunjung ke resto Anda.

Cozy
Jangan lupa, sesuaikan juga menu di resto Anda dengan kebutuhan pengunjung. Misalnya, jika makanan yang ditawarkan jenis "makanan berat", Anda bisa membuat mini resto khusus steak. Anda tidak perlu memakai daging sapi impor. Cukup daging lokal saja. Dengan begitu, harga yang Anda berikan pada pengunjung pun terjangkau. Bisa juga sebatas menyajikan makanan yang ringan tapi cukup mengenyangkan. Misalnya, menu batagor, burger, crepes, atau bahkan mie ayam pangsit.

Selain rasa makanan yang enak, Anda juga perlu menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan. Anda bisa mendesain eksterior dan interior sesuai dengan tema makanan yang disajikan. Atau pilih nuansa bergaya modern, sehingga pengunjung anak muda ataupun keluarga muda tertarik untuk datang.

Untuk menambah daya tarik pengunjung, Anda bisa menambah fasilitas hot spot. Jangan lupa lengkapi dengan TV, musik dan bacaan (buku, koran, majalah) untuk membuat para pengunjung senang dan merasa terhibur.

Berdamai dengan risiko
Seperti kebanyakan usaha lainnya, menjalankan bisnis mini resto ini bukannya tanpa risiko. Bahkan bisa dibilang risiko yang Anda hadapi cukup besar, yaitu para tamu tak kunjung datang atau tidak terlalu banyak. Tiga bulan pertama biasanya akan menjadi periode sangat sulit bagi para pebisnis di bidang ini.

Ketekunan dan kreativitas akan menjadi kunci utama dalam menjalankan bisnis ini. Tekun dan sabar jika memang usaha belum berjalan sesuai harapan, serta kreatif dalam berpromosi, terutama dalam tiga bulan pertama ini.

Jika berhasil, laba bersih yang diperoleh selama periode investasi (masa mencapai balik modal) sekitar 15-20 persen dari keuntungan per bulan. Bila dibandingkan dengan tingkat bunga bank, investasi ini cukup menjanjikan. Dengan catatan, Anda menjalankan usaha ini dengan hati-hati. Selamat berbisnis!